PPTQ Qoryatul Qur’an Komplek 08 Jonggring Saloka menjadi saksi sebuah kisah luar biasa dari bumi Palestina. Pada Ahad, 20 April 2025, Masjid Nurul Ilmi dipenuhi para asatiz dan aktivis dakwah dari seantero Soloraya yang hadir dalam Majelis Silaturahmi.
Di majelis penuh berkah inilah, seorang tokoh Gaza yang baru saja dibebaskan dari penjara Israel, Syekh Ramadhan Ied Mashara, menyampaikan kisah perjuangan dan keteguhan iman para tawanan di balik jeruji besi.
Dalam pemaparan yang diterjemahkan oleh Relawan Sahabat Al Aqsha, Ustaz Faiz Baraja, Syekh Ramadhan membuka kisah dengan kalimat yang membekas kuat di benak para hadirin. “Naskah-naskah Qur’an yang berjalan tapi betul-betul Al-Qur’an itu hidup di dalam dada kita dan berjalan bersama kita,” ucap beliau penuh haru.
![]() |
Syekh Ramadhan Ied Mashara ceritakan pengalaman di penjara |
Syekh menjelaskan bahwa meski hidup dalam tekanan dan keterbatasan, para tawanan Palestina tak berhenti berjuang untuk menjadi penghafal Al-Qur’an. Di balik jeruji, mereka mengadakan forum-forum kecil yang mempertemukan dua orang demi satu tujuan: menghafal kalamullah.
“Kami mengumpulkan dua unsur, unsur teknologi dan unsur sumber daya manusia, untuk bagaimana bisa menghafalkan Al-Qur’an,” lanjut beliau. Mereka memanfaatkan pengetahuan dan kreativitas untuk menyusun strategi hafalan yang efektif.
Tak hanya itu, para tahanan bahkan menyusun mushaf sendiri. Syekh Ramadhan menerangkan bahwa mereka menambahkan tanda-tanda khusus dan catatan mutasyabihat agar ayat-ayat yang mirip dapat dihafalkan lebih mudah. “Di dalam mushaf itu kami meletakkan ciri atau ayat-ayat yang mirip... supaya lebih mudah menghafalnya dan tidak lupa.”
Beliau juga menuturkan bagaimana mereka menyatukan hafalan dengan pemahaman makna ayat, sehingga hafalan menjadi lebih kuat. “Kita mengikat hafalan kita dengan ikatan-ikatan pikiran biar sesuai dengan maknanya,” tutur Syekh dengan suara mantap.
Teknik menghafal yang mereka kembangkan begitu sistematis. Mereka memberi warna pada posisi tertentu dalam mushaf untuk mempermudah daya ingat. Semua itu, kata Syekh Ramadhan, adalah hasil dari puluhan referensi dan bimbingan dari para ulama Palestina. “Semua ini dilakukan di dalam penjara,” kata beliau menegaskan.
Dalam kondisi penuh risiko, mereka menggandakan setiap halaman yang ditulis. Jika sewaktu-waktu terjadi razia dan salinan disita, mereka masih memiliki cadangannya. Kata beliau, untuk bisa membawa karya-karya itu keluar penjara, butuh strategi dan perjuangan luar biasa untuk melewati penjagaan sipir-sipir Israel.
“Ini hanya sedikit dari banyak cerita yang ada. Prestasi-prestasi dan apa yang direalisasikan di penjara itu sangat banyak,” ungkap beliau. Syekh kemudian mengajak hadirin merenung, “Pertanyaannya sekarang, kita yang bebas merdeka, sudah mencetak apa? Sudah seproduktif apa?”
Lebih dari dua dekade Syekh Ramadhan mendekam di penjara. Beliau divonis 2000 tahun—hukuman yang secara manusiawi tak mungkin dijalani hingga habis. “Saya divonis 2000 tahun. Mereka bilang, saya bakal tinggal di penjara selamanya dan tidak akan bisa keluar dengan cara apapun,” ungkap beliau.
Syekh Ramadhan juga menyebutkan bahwa pemerintahan Israel di bawah Benjamin Netanyahu sangat ekstrem dan tak pernah berniat membebaskan para tawanan, terlebih mereka yang dianggap “berlumuran darah Yahudi”.
Namun, semua berubah ketika sebuah kelompok mujahidin dari Gaza membuktikan kebenaran janji Allah. “Mereka mengorbankan diri, keluarga, dan semua yang dimiliki, agar saudara mereka bisa bebas,” tutur Syekh Ramadhan dengan suara yang bergetar.
Syekh mengakhiri kisah beliau dengan doa penuh haru. “Semoga Allah membalas mereka yang sudah berkorban semua yang dimiliki dengan balasan baik di sisi-Nya.”
![]() |
Foto bersama para Syekh dalam majelis silaturahmi di Jonggring Saloka |
Apa yang dipaparkan oleh Syekh Ramadhan Ied Mashara menjadi ruang perenungan bagi kita semua, tentang betapa berharganya nikmat kebebasan dan sejauh mana kesempatan itu telah kita digunakan untuk mendekat kepada Al-Qur’an.
Posting Komentar untuk "Kisah Syekh Ramadhan Ied Mashara Divonis Penjara 2000 Tahun tentang Perjuangan Para Tawanan Menghafal Al-Qur’an di Penjara"