Santri Iktikaf Qoryatul Qur'an Berbagi Kisah Pesantren di Bincang Santai Bersama Remaja Masjid Sidowayah

Rabu sore, 26 Maret 2025. Para santri-mahasantri PPTQ Qoryatul Qur'an yang bertugas iktikaf di Masjid An Nuur Sidowayah mengikuti acara Bincang Santai bersama para remaja Sidowayah. Kegiatan ini menghadirkan 14 santri iktikaf sebagai narasumber, berbagi kisah dan pengalaman mereka dalam menuntut ilmu di pondok pesantren.

Acara yang berlangsung sejak pukul 17.00 WIB hingga azan magrib ini dipandu oleh Bapak Wakhid Syamsudin. Para peserta, yang mayoritas merupakan anggota Ikatan Remaja Masjid An Nuur Sidowayah (IRMAS), tampak antusias mengikuti jalannya acara. Para santri menyampaikan banyak hal terkait kehidupan di pesantren dalam rangka membentuk karakter, membangun kedisiplinan, serta memperkuat hafalan dan pemahaman agama mereka.

Santri QQ
Santri Qoryatul Qur'an berbagi cerita kehidupan pesantren

Muhammad Ilham, santri asal Lampung, berbagi alasan mengapa ia memilih mondok di Qoryatul Qur’an. Menurutnya, pesantren ini memiliki visi besar yang tertuang dalam slogan "Dari desa untuk dunia." Ia meyakini bahwa meskipun berada di desa, pesantren dapat melahirkan generasi yang membawa manfaat hingga ke tingkat global.

"Selain itu, pergaulan di luar pesantren saat ini sangat mengkhawatirkan. Di sini, kami bisa membentengi diri dan bertemu dengan teman-teman dari berbagai daerah yang memiliki tujuan sama, yaitu menuntut ilmu dan mendalami agama," jelasnya.

Muhammad Ar Rafi Hardja dari Grogol Weru menjelaskan bahwa kehidupan di pesantren memiliki ritme yang teratur dan disiplin tinggi. "Kami bangun pukul 03.00 WIB untuk tahajud, lalu tilawah menunggu waktu subuh. Setelah Salat Subuh, kami berzikir pagi dan mengikuti halaqah setoran hafalan," ungkapnya.

"Setelah itu, kami mengikuti pelajaran umum di sekolah hingga siang, lalu melanjutkan tilawah, murajaah, dan halaqah sore. Malam harinya, kami kembali menghafal dan tilawah sebelum tidur," paparnya. Dengan sistem ini, santri MTs menargetkan hafalan 15 juz, sementara santri MA ditargetkan menyelesaikan 30 juz.

Bagi santri baru, adaptasi awal sering kali menjadi tantangan tersendiri. Muhammad Wildan Al Fawwas dari Magelang menceritakan pengalamannya saat pertama kali mondok. "Saya awalnya tidak kerasan, tapi saya berusaha mencari teman yang bisa saling menguatkan. Saya juga memperbaiki niat agar lebih ikhlas dalam menuntut ilmu," ungkapnya.

Irmas An Nuur
Remaja Sidowayah menyimak cerita seru para santri

Sementara itu, Muhammad Archam Syahrian dari Sukoharjo menambahkan bahwa membagi waktu antara hafalan dan pelajaran umum membutuhkan kedisiplinan tinggi. "Pesantren memiliki jadwal harian yang jelas. Pagi hingga siang kami fokus pada pelajaran umum, sementara setelahnya kami menghafal dan menyetorkan hafalan. Target yang diberikan membuat kami harus berusaha maksimal," jelasnya.

Bagi Sholeh Qabul Jalal, santri dari Banjarnegara, tantangan di pesantren juga bisa datang dari hal-hal sederhana. "Saat uang saku habis, itu tantangan tersendiri, hehehe," candanya yang disambut tawa peserta. "Namun, saya selalu berpegang pada prinsip bahwa umat Islam tidak akan jaya tanpa mencontoh kesungguhan generasi terdahulu dalam menghadapi tantangan."

Ketika ditanya tentang suasana Ramadan di pesantren, Ikhwanul Dzikra dari Klaten menggambarkan betapa semaraknya bulan suci di Qoryatul Qur’an. Adanya konsep Kampung Ramadan dan juga safari dakwah ke berbagai masjid dan musala. Ini menjadi pengalaman berharga bagi santri dalam belajar berdakwah langsung kepada masyarakat.

Di penghujung acara, Ridwan Aji Sasmita dari Karangwuni, Weru, memberikan pesan kepada para remaja yang tidak mondok. "Masa muda adalah amanah yang kelak akan dipertanggungjawabkan. Kita harus melandasinya dengan ilmu dan takwa agar bisa bermanfaat bagi diri sendiri dan umat," tuturnya penuh makna.

Acara ditutup dengan doa yang dipimpin oleh Wahyu Septiaji Purwanto dari Magelang. Setelah itu, seluruh peserta menikmati buka puasa bersama dalam suasana penuh kebersamaan. Dengan terselenggaranya acara ini, diharapkan semakin banyak generasi muda yang memahami nilai-nilai kehidupan pesantren serta termotivasi untuk semakin dekat dengan Al-Qur'an dan ilmu agama.

Posting Komentar untuk "Santri Iktikaf Qoryatul Qur'an Berbagi Kisah Pesantren di Bincang Santai Bersama Remaja Masjid Sidowayah"