Sarasehan bersama Sesepuh pada Rihlah Tadaburiyah Ma’had Aly Qoryatul Qur’an di Pantai Sepanjang Gunungkidul

Ma’had Aly Qoryatul Qur’an menyelenggarakan rihlah tadaburiyah ke Pantai Sepanjang Gunungkidul. Kegiatan ini merupakan program dua tahunan kakak-kakak BEM Ma’had Aly yang juga mengajak serta para sesepuh dan keluarga.

Tema yang diangkat pada rihlah kali ini adalah “Bersaudara di Dunia, Bertetangga di Surga”. Sekaligus bentuk kesyukuran pasca pelaksanaan daurah bahasa arab selama 20 hari di Komplek Babadan dan Komplek Jonggring Saloka.

Di antara kegiatan yang digelar di area Pantai Sepanjang adalah sarasehan bersama sesepuh, direktorat, wadiriyah, dan para asatizah usai makan siang di Resto Sepanjang Indah lantai dua. Diikuti seluruh mahasantri.

Acara dibuka oleh Mudir Ma’had Aly Qoryatul Qur’an, Ustaz Luthfi Zubaidi, Lc., M.H.I. Kemudian penampilan bahasa arab oleh mahasantri putri Komplek Babadan. Diakhiri debat bahasa arab dengan tema menikah ketika masih kuliah.

Sarsehan QQ
Sarasehan bersama para sesepuh

Ketua Yayasan Qoryatul Qur’an Kauman, Bapak H. Wiyana, dalam sambutannya menyampaikan syukur karena Allah telah melancarkan kegiatan ini. Harapan beliau, acara ini banyak mendatangkan manfaat untuk kita semua.

Pak Wiyana mengaku bahagia bisa ikut mendampingi acara ini. Bagi beliau ini sangat menyenangkan dan membanggakan. Malah beliau berharap agar tak hanya dua tahun sekali, syukur-syukur bisa dilaksanakan setahun sekali.

Ketua Yayasan juga mengapresiasi penampilan para santriwati dalam mempraktikkan penguasaan bahasa arabnya tadi. Meskipun beliau mengaku tidak paham apa yang telah disampaikan dalam penampilan tersebut.

Rihlah tadaburiyah ini adalah pembelajaran di luar pondok atau kampus. Menurut beliau, agenda semacam ini akan sangat bermanfaat bagi para mahasantri. Beliau menutup sambutan dengan menginformasikan bahwa yayasan tahun ini akan memberangkatkan umrah Ustazah Niken Susilowati dan Ustazah Umi Lathifah.

Pak Wiyana mengumumkan ini karena suami dari kedua ustazah tersebut, yakni Ustaz Setyadi Prihatno dan Ustaz Susanto, juga akan berangkat menemani tapi dengan biaya mandiri. Jadi beliau berdua bukan dengan biaya dari yayasan.

Beliau lalu menyampaikan informasi susulan, yakni adanya pemberangkatan umrah bagi Abah Istanto, yang dibiayai oleh Bapak Karlan dan kawan-kawan. Kemudian istri Abah Istanto juga akan ikut dengan biaya mandiri.

Direktur Umum PPTQ Qoryatul Qur’an Ustaz Setyadi Prihatno, S.Sos., M.P.I menjadi pembicara utama pada sarasehan kali ini. Beliau juga mensyukuri nikmat bisa berkumpul seperti ini. Tak bisanya berkumpul berarti dicabutnya satu nikmat.

Kepada mahasantri, beliau meyakinkan bahwa momen seperti ini hanya bisa didapat di Ma’had Aly Qoryatul Qur’an. Satu-satunya pesantren yang setiap momen ditemani para sesepuh hanya di Qoryatul Qur’an. “Momen ini mahal harganya,” kata beliau.

Adanya para sesepuh yang berkenan memberi nasihat, memberi arahan, bahkan memarahi, maka itu menjadi bentuk kasih sayang kepada para santri dan mahasantri. Jangan sampai merasa tidak suka dengan tindakan tersebut.

Sesepuh yayasan, Bapak H. Sriyono, mengajak para mahasantri mensyukuri kemudahan yang diberikan Allah dalam menuntut ilmu. Sudah selayaknya untuk menghormati para asatiz yang telah memberikan bimbingannya.

Resto Sepanjang Indah
Suasana di Resto Sepanjang Indah lantai dua

Beliau mengingatkan agar hafalan Al-Qur’an yang sudah dimiliki dijaga jangan sampai hilang. Beliau mengapresiasi program tasmi'an keliling seperti yang dilakukan para ustaz setiap Selasa malam. Saran beliau agar para mahasantri terutama yang wiyata bakti untuk bisa meniru program itu.

Berakhirnya nasihat dari Bapak H. Sriyono disusul dengan penyampaian ucapan terima kasih secara simbolis kepada armada Era Trans yang hari ini mengantarkan rombongan ke Pantai Sepanjang dengan empat buah bus pariwisata. Owner Era Trans adalah putra Bapak Sriyono.

Era Trans Weru
Ucapan terima kasih kepada armada Era Trans

Selanjutnya, nasihat disampaikan oleh Bapak Jaiman Abdullah, sesepuh Komplek Jetis. Beliau bahagia bisa turut hadir di majelis ilmu yang penuh berkah ini. Berkumpul dan berpisah karena Allah semata, kelak berkumpul di surga, seperti tema rihlah kali ini.

Bapak Jaiman juga senang karena tadi bisa bermain bola bersama para sesepuh. Kebahagiaan yang tiada taranya. Begitu semangatnya para sesepuh mengikuti rihlah ini demi menemani para mahasantri.

Beliau mengajak para mahasantri menghormati para asatiz dan pengurus pesantren yang berjuang mewujudkan dakwah fisabilillah ini dengan ikhlas tanpa mengharap imbalan duniawi. Allah telah memilih mereka untuk perjuangan ini, mewujudkan Qoryatul Qur’an dari desa untuk dunia.

Pemangku Komplek Babadan, Bapak Suyadi, juga menyampaikan rasa bahagianya mendampingi acara mahasantri ini. Beliau sepintas mengisahkan pada masa sekolah harus menanggung adik-adiknya agar juga bisa sekolah. Beliau harap para mahasantri menghargai kesempatan belajar ini.

Sebagai pembicara terakhir adalah Bapak Susanto yang juga bahagia bisa berada pada momen indah kebersamaan ini. Beliau mewakili berpamitan seluruh asatizah yang akan berangkat umrah dan memohon doa serta mohon maaf atas segala salah agar diikhlaskan.

Kepada para mahasantri, beliau berpesan agar tetap mendengarkan nasihat dan kemarahan para sesepuh dan asatiz, ini akan menurunkan keberkahan. “Kelak kalian akan didengarkan kalau nanti sudah tua dan memberi nasihat,” kata beliau.

Beliau menasihatkan agar jangan pernah merasa tersakiti oleh kata-kata dari para sesepuh dan asatiz saat ditegur dan dimarahi. Jangan merasa dihinakan. Terima itu, dan jadikan cambuk membangun diri dan mendewasakan diri.

Persiapkan mental yang kuat sebagai penerus estafet perjuangan mulia ini. Bersiaplah bermetamorfosa, berubah dari keburukan untuk menjadi lebih baik. Ubah diri sendiri ke arah perilaku kebaikan. Wejangan membantu kita menuju perubahan itu.

Pak Susanto berharap para mahasantri bisa mengeksplore segala potensi sehingga menjadi lebih baik dan lebih hebat dari para asatiz. Menurut beliau, kalau sampai mahasantri lebih buruk maka artinya para asatiz telah gagal dalam mendidik dan memilih murid.

Sarasehan diakhiri dengan penampilan mahasantri putra Komplek Jonggring Saloka yang membawakan puisi berjudul Di Tepi Pantai di Bawah Naungan Allah, untuk mengingatkan kita atas karunia Allah dan menjadikannya sarana meningkatkan ibadah kepada-Nya.

Posting Komentar untuk "Sarasehan bersama Sesepuh pada Rihlah Tadaburiyah Ma’had Aly Qoryatul Qur’an di Pantai Sepanjang Gunungkidul"