Ustaz Hasan Christo Silaturahmi ke PPTQ Qoryatul Qur’an bersama Para Pejuang Dakwah di Tanah Papua

Selasa, 17 Desember 2024. PPTQ Qoryatul Qur’an kedatangan tamu dari jauh, Ustaz Hasan Christo, dai pedalaman Papua, yang beberapa kali berkunjung ke pesantren ini. Yang istimewa, kali ini beliau mengajak serta 9 tokoh pejuang yang berdakwah di Papua.

Ustaz Hasan Christo, atau bernama asli Christo Tri Kuntoro, nama sejak sebelum mualaf, bersama rombongan diterima di Komplek 06 Asemlegi. Majelis digelar di kantor lantai 2, sesaat setelah jamuan makan dan Salat Magrib berjemaah di Masjid Widad El Fayez.

Ustaz Hasan dan Perjuangan Dakwah di Pedalaman Papua

Ustaz Hasan bersyukur bisa datang kembali ke PPTQ Qoryatul Qur’an dengan sambutan yang luar biasa. Beliau berterima kasih atas support dari pesantren ini untuk dakwah beliau di pedalaman Papua. Beberapa waktu lalu, distribusi sembako bantuan Qoryatul Qur’an telah disampaikan kepada masyarakat muslim di Kampung Patimburak, Distrik Kokas, Kabupaten Fakfak.

Beliau menceritakan, di Patimburak sana, ada berdiri sebuah masjid tua, yang sayang tidak ada regenerasi penerus dakwahnya. Guru ngaji yang ada tinggal imamnya seorang. Kalau beliau sakit maka aktivitas ibadah salat berjemaah berhenti sampai sembuhnya sang imam.

Hasan Tito
Ustaz Hasan sharing suka-duka dakwah di pedalaman Papua

Ustaz Hasan banyak mengisahkan tentang suka-duka dakwah di pedalaman Papua. Banyak masjid tua yang sudah kosong. Bahkan ada masjid yang mikrofonnya menganggur sampai dipinjam tetangga masjid untuk karaoke. Al-Qur’an yang ada utuh tak tersentuh karena tak ada yang mampu membacanya. “Ini PR untuk kita bersama,” kata Ustaz Hasan.

Ada juga fenomena dai yang ditempatkan di sana tapi seiring waktu berjalan, justru terbawa dalam arua kondisi masyarakat di sana. Bertahan 14 tahun tapi masjidnya tak ada aktivitas ibadah. Fenomena seperti ini semakin menambah gawat darurat kondisi dakwah di sana.

Perjuangan Dakwah di Kota Sorong

Selain Ustaz Hasan yang sharing pengalaman berdakwah di pedalaman Papua, pejuang yang beliau ajak serta juga turut berbagi pengalaman serta menyampaikan harapan-harapan dari kondisi medan dakwah di Indonesia bagian timur itu.

Di antaranya, Ustaz Mualim pengasuh pesantren yang berada di Kota Sorong, dakwah beliau di kota besar, bahkan mengaku belum tentu bisa sampai ke pedalaman tempat dakwah Ustaz Hasan. Di pesantren binaan beliau, mayoritas anak tidak mampu tapi punya kemauan belajar tinggi, sehingga dari 80 santri ada, hanya 30% saja yang bayar.

“Kami berharap satu-dua kuota untuk santri kami belajar di sini. Atau dari sini menugaskan alumni ke tempat kami,” kata Ustaz Mualim menyampaikan harapannya. “Tidak usah berpikir di sana bisa apa, pasti akan sangat bermanfaat di sana.”

Ustaz Mualim mengaku kagum dengan adab yang diterapkan di Qoryatul Qur’an. “Kami butuh ustaz-ustazah yang siap mengabdi, yang mampu membina adab sebagaimana yang kami lihat di Qoryatul Qur’an ini,” ungkap beliau.

Dai Papua
Tim dai Tanah Papua

Ustaz juga menceritakan bahwa gedung yang dipergunakan untuk pesantren masih kontrakan, meski begitu, yang mendaftar juga banyak. “Ada rumah tak terpakai dari muhsinin yang kami manfaatkan,” kata beliau.

Penerimaan santri baru juga terkendala belum ada tempat, ditambah keterbatasan guru juga. Dalam membangun fasilitas pesantren pun modalnya nekat. “Kami hanya percaya bahwa Allah pasti akan membantu,” kisah beliau.

Urgensi Support Dakwah dari Jawa

Ustaz dari Purwokerto yang membersamai para tamu ini juga turut sharing. “Saya hanya bisa menangis kalau mendengarkan cerita perjuangan dakwah di Papua dengan sarana yang serba keterbatasan. Ditambah masyarakat di sana peradabannya jauh dibanding kita di Jawa ini.”

Adanya suku pedalaman sangat kentara menunjukkan ketimpangan dibanding dengan suku di kota besar, terutama di Jawa. “Semoga ada solusi yang bisa kita dapatkan dari silaturahmi ini,” harap beliau.

Pengusaha yang bergerak di bidang bisnis ini hanya bisa memberi support pada pergerakan Ustaz Hasan di pedalaman. “Papua itu berkumpulnya keterbatasan. Kontras sekali dengan fasilitas kita di sini. Sosial kemasyarakatan di Jawa sangat mendukung dakwah, beda jauh dengan di sana.”

Papua yang di kota PR-nya banyak, tapi di pelosok tentu saja PR lebih kompleks. Ketika kita terlena dengan fasilitas di Jawa ini, di Papua sana serba keterbatasan. “Apakah kita cukupkan saja, kita sudah dapat surga di dunia, lalu bersikap membiarkan saja apa yang terjadi di Papua sana?” tanya beliau.

Tanggapan Asatiz Qoryatul Qur’an

Ustaz Luthfi Zubaidi merasa bangga dan bahagia bisa bertemu pejuang dakwah di Papua. Beliau jadi terkenang pada awal pendirian Qoryatul Qur’an juga banyak kepahitan yang dirasakan, juga sama-sama memulai dari kontrakan.

Ustaz Luthfi mengatakan bahwa Qoryatul Qur’an pada awalnya, terbiasa ada santri dan program pendidikan lebih dulu dengan menumpang fasilitas, belum ada bangunan yang dimiliki. Barulah kemudian setelah program berjalan maka bangunan akan dibuat.

Ustaz QQ
Tanggapan dari asatiz QQ

Qoryatul Qur’an berharap bisa turut andil dalam mewujudkan harapan-harapan dakwah di Papua. Namun, mengutus santri tugasan juga rasanya bukan solusi karena SDM yang masih ajaran belum tentu bisa beradaptasi dengan lingkungan, bahasa, kondisi sosial, adat, dan sebagainya, yang jauh berbeda.

Kemudian dari Ustaz Agus Tansyah, beliau berkisah awal pendirian Qoryatul Qur’an. Salah satu cara yang dilakukan QQ di awal pendirian adalah mengikat SDM yang dari luar Weru harus diikat dengan pernikahan, karena pendidikan dakwah ini waktunya panjang, tak mungkin setahun dua tahun ganti SDM.

Ustaz Agus mengaku awal mengajar juga kesulitan, belum memiliki kemampuan untuk mengajar. Tapi lama kelamaan kemampuan itu akan terbentuk seiring berjalan waktu dan adanya keinginan yang kuat untuk belajar menjadi pendidik.

Setelah itu, Ustaz Nasrudin menyampaikan tanggapan. Menurut beliau, dakwah selalu ada tantangannya, terlebih di pedalaman Papua dengan kondisi yang diceritakan para pejuang dakwah di sana. Butuh kegigihan dan ketulusan sampai akhirnya Allah akan memberikan kemudahan-kemudahan-Nya.

Beliau menekankan bahwa SDM dakwah yang ada harus membangun jiwa keikhlasan dalam membina santri, sebagai modal utama. Urusan skill bisa diasah sambil jalan, akan meningkat dan dikembangkan dengan melakukan pelatihan-pelatihan.

Lanjut ke Ustaz Salman Al Farisi. Kata beliau, “Cerita dakwah pedalaman menjadi charger bagi kami agar tidak terlalu terlena dengan kenyamanan yang ada. Menjadi pengingat masa kesulitan yang pernah dialami di awal pendirian pesantren.”

Ustaz Salman kemudian sharing bahwa salah satu penguatan yang dilakukan dalam mengawali pesantren adalah memastikan dukungan dari tokoh-tokoh masyarakat di sekitar. Akhirnya nanti masyarakat secara umum juga akan mendukung dan menguatkan.

Masyarakat yang mendukung akhirnya akan membantu eksistensi pesantren. Wakaf tanah bermunculan, dana pembangunan yang mengucur dari mereka. Awalnya memang harus membaur dengan masyarakat, ramah, beradab, dan berakhlak.

Tak segan membantu dan peduli pada pekerjaan masyarakat, manfaat keberadaan santri dan pesantren bisa dirasakan. Hadir membantu di hajatan, menjenguk yang sakit, melawat saat ada yang meninggal. Masyarakat akan melihat, sehingga mereka tak hanya mencintai pesantren, bahkan mau membela.

Ustaz Aldi Hermawan dari QQ Peduli juga menyampaikan apresiasi atas perjuangan dakwah di Papua. “Di sini kami juga ada dakwah pedalaman, tapi beda jauh dengan di Papua. Berangkatnya pakai mobil pulangnya mampir makan,” ungkap beliau setengah bercanda.

Apa yang dilakukan QQ Peduli belum seberapa kalau dibanding perjuangan dakwah para dai di Papua. “Belum tentu kalau kami ke sana bisa banyak membantu, malah khawatirnya jadi merepotkan,” kata Ustaz Aldi pula.

Dai pedalaman
Qoryatul Qur'an support dakwah dai pedalaman Papua

Majelis bersama ini diakhiri dengan penyerahan dana partisipasi dakwah dari PPTQ Qoryatul Qur’an. Harapannya bisa sedikit membantu kegiatan para dai di Papua. Semoga Qoryatul Qur’an bisa terus memberikan support untuk dakwah Ustaz Hasan dan kawan-kawan di sana.

Posting Komentar untuk "Ustaz Hasan Christo Silaturahmi ke PPTQ Qoryatul Qur’an bersama Para Pejuang Dakwah di Tanah Papua"