Bagi para alumni, masa-masa di pesantren menjadi kenangan yang tidak hanya indah, tetapi juga penuh makna. Pengalaman itu bukan sekadar bagian dari perjalanan hidup, melainkan fondasi yang membentuk karakter dan keilmuan.
Setidaknya itulah yang dirasakan oleh Sahrul Maulana, salah satu alumni PPTQ Qoryatul Qur’an angkatan ke-3 asal Demak, Jawa Tengah, yang mengaku sangat bersyukur pernah menjadi bagian dari pondok pesantren ini.
Kini, Sahrul telah menyelesaikan pendidikannya di Ma'had Aly Hidayatul Qur’an dan turut berkiprah di dunia pendidikan. Ia mengajar di Kutab Al Fatih di bawah bimbingan Ustaz Budi Azhari, sebuah amanah yang menjadi bukti nyata kontribusinya di masyarakat.
Dalam testimoninya, Sahrul menyampaikan rasa syukur dan kebahagiaannya pernah menjadi bagian dari Qoryatul Qur’an di masa-masa awal pondok berdiri. Meski keadaan waktu itu belum sebesar seperti sekarang, justru kondisi tersebut membawa nilai tersendiri bagi para santri saat itu.
“Alhamdulillah, saya sangat-sangat bersyukur dan bahagia bisa merasakan awal-awal pendidikan di Qoryatul Qur’an sebelum sebesar sekarang. Justru di keadaan seperti itulah persahabatan kami semakin erat, ukhuwah kami semakin kuat,” kenangnya.
Sahrul Maulana berharap Qoryatul Qur’an bisa terkenal di dunia dan akhirat |
Sahrul menegaskan bahwa di PPTQ Qoryatul Qur’an, ia mendapatkan pemahaman agama Islam secara lebih menyeluruh. Ia juga masih mengingat jelas momen-momen saat mengikuti talaqqi bersama Ustaz Hartanto, musyrif pertamanya.
“Masih ingat sekali saat talaqqi dengan Ustaz Hartanto yang dengan sangat sabar membenarkan bacaan saya. Saat itu bacaan saya masih sangat medok jawanya, tapi alhamdulillah sudah jauh lebih baik sekarang,” tutur Sahrul sambil tersenyum.
Lebih dari sekadar perbaikan bacaan Al-Qur’an, Qoryatul Qur’an menjadi tempat bagi Sahrul untuk belajar Islam secara kaffah, serta memetik banyak kebaikan yang ia bawa hingga kini. Ia pun memiliki harapan besar untuk Qoryatul Qur’an di masa mendatang.
“Saya sangat berharap Qoryatul Qur’an bisa mengubah Dukuh Kauman menjadi desanya para penghafal Al-Qur’an. Bukan hanya Dukuh Kauman, tapi semoga Qoryatul Qur’an bisa dikenal di dunia dan di akhirat kelak,” harapnya penuh optimisme.
Di akhir testimoninya, Sahrul menyampaikan apresiasi dan doa untuk semua pihak yang terlibat dalam membangun Qoryatul Qur’an. “Barakallahu fikum untuk para ustaz, donatur, sesepuh, dan seluruh elemen masyarakat yang ikut membangun Qoryatul Qur’an. Semoga Allah membalas dengan sebaik-baik balasan dan memberikan kemudahan dalam segala aktivitasnya,” pungkasnya.
Bagi Sahrul Maulana dan para alumni lainnya, Qoryatul Qur’an bukan sekadar tempat belajar. Itu adalah rumah kedua, tempat ukhuwah terjalin erat, ilmu bertumbuh subur, dan harapan masa depan digoreskan.
Posting Komentar untuk "Alumni Masa Awal Berdiri, Sahrul Maulana Berharap Qoryatul Qur’an Bisa Terkenal di Dunia dan Akhirat"