Al-Qur’an merupakan kitab suci umat Islam yang memiliki mukjizat tiada tara. Sebagai kalam Allah ﷻ yang diturunkan kepadaoo Rasulullah ﷺ melalui perantara Malaikat Jibril, Al-Qur’an tidak hanya menjadi petunjuk bagi seluruh umat manusia, tetapi juga memiliki keutamaan dan mukjizat dalam setiap hurufnya.
Salah satu mukjizat terbesar Al-Qur’an adalah kemudahannya untuk dihafal oleh ribuan bahkan jutaan umat Islam di seluruh penjuru dunia. Penghafalan Al-Qur’an bukan hanya sekadar kemampuan mengingat, tetapi juga bukti penjagaan Allah terhadap kemurnian dan keaslian Al-Qur’an hingga akhir zaman.
Para penghafal Al-Qur’an ini disebut sebagai ahli Allah, keluarga Allah yang senantiasa menjaga kitab-Nya di muka bumi. Begitulah yang ingin dicapai para santri PPTQ Qoryatul Qur’an dengan menghafal kitab suci setiap harinya.
Di antara para santri itu adalah Zidane Aulia Misbah, atau yang akrab disapa Zidane, yang duduk di kelas XI Matiq di MATQ Qoryatul Qur’an. Santri kelahiran Sukoharjo, 25 Mei 2008 ini berhasil menyelesaikan setoran hafalan Al-Qur’an 30 juz.
Setoran terakhirnya, Juz 25, disimak oleh Ustaz Surya Kurniawan pada hari Jumat, 8 November 2024, bertempat di Maktabah Komplek 01 Kauman 01. Sebuah capaian yang luar biasa dan layak mendapatkan apresiasi.
Zidane yang merupakan putra kedua dari pasangan Bapak Hartanto dan Ibu Lastri, warga Nandan, Karangwuni, Weru. Prestasi hafalan Al-Qur’an 30 juz adalah bentuk baktinya pada kedua orang tua, yang harapannya bisa mengangkat keduanya pada derajat tinggi di sisi Allah ﷻ.
Memiliki anak penghafal Al-Qur’an merupakan anugerah istimewa yang hanya Allah berikan kepada hamba-hamba-Nya yang terpilih. Orang tua seorang hafidzul Qur’an akan mendapatkan kedudukan tinggi di sisi Allah ﷻ pada hari kiamat kelak, dengan diberi mahkota kehormatan dan pakaian indah.
Zidane Aulia Misbah |
Zidane, yang telah menghabiskan waktu 4 tahun 4 bulan untuk menghafal, mengungkapkan rasa syukur yang mendalam atas pencapaiannya. “Alhamdulillah, bisa menyelesaikan hafalan Qur’an saat kelas 2 MA,” ujarnya penuh haru.
Ia berbagi pesan bagi para penghafal Al-Qur’an lainnya agar tidak mempedulikan pandangan orang lain, namun tetap mempedulikan pandangan Allah ﷻ terhadap mereka. Menurutnya, fokus kepada rida Allah adalah yang terpenting dalam proses tahfizhul Qur’an.
“Saya menghafal satu ayat terlebih dahulu, lalu dilanjutkan ayat berikutnya. Jika sudah hafal setengah atau satu halaman, saya ulang kembali,” kisahnya. Kiat sederhana ini ternyata ampuh membuatnya mampu menyelesaikan hafalan dengan baik hingga seluruh 30 juz.
Cita-cita Zidane ingin terhindar dari api neraka, menunjukkan tekadnya yang kuat untuk senantiasa dekat dengan Al-Qur’an, baik dalam hafalan maupun dalam mengamalkannya di kehidupan sehari-hari.
Hobi futsal yang ia tekuni tidak menghalanginya untuk tetap serius dan berkomitmen dalam menghafal Al-Qur’an. Sebaliknya, ia terus berusaha menjaga hafalannya dengan rutinitas yang disiplin dan semangat yang tinggi.
Capaian Zidane bisa menginspirasi banyak orang bahwa di balik setiap penghafal Al-Qur’an, terdapat ketekunan, doa, dan dukungan dari orang-orang terdekat. Semoga Allah selalu menjaga hafalan Zidane, istikamah bersama Al-Qur’an yang menjadi penerang dan pelita dalam perjalanan hidupnya.
Kontributor: Ustaz Surya Kurniawan
MasyaAllah watabarokallah
BalasHapusSemoga Ananda Zidane Allah istiqomahkan dalam jalan Quran dan semoga semakin banyak para remaja lainnya yang termotivasi untuk menjadi penghafal Quran demi meraih Ridho Allah swt. Aamiin