PPTQ Qoryatul Qur’an Komplek 02 Pucung menggelar Muhadharah Akbar dengan tema Cultural Richness yang menggambarkan indahnya kekayaan budaya di Indonesia. Dilaksanakan di ruang kelas Palestine Komplek Pucung pada hari Kamis, 7 November 2024 sekira pukul 20.00 WIB sampai selesai dini hari.
Tujuan kegiatan ini adalah sebagai ajang pertunjukan bakat para santriwati dengan segudang kreativitasnya. Tampil di depan teman-teman sekaligus di hadapan jajaran direktorat pesantren dan para asatizah yang hadir.
Acara dipandu oleh 3 santriwati MATQ Qoryatul Qur’an kelas XI atas nama Revalina, Salma Dyan, dan Maulida selaku Master of Ceremony (MC). Tilawah Al-Qur’an oleh santri kelas XI Imtaq bernama Azzahra Khoirunnisa.
Santri menampilkan keanekaragaman budaya Indonesia |
Dalam sambutan, Kepala Komplek 02 Pucung Ustaz Nasrudin mendoakan agar seluruh upaya dan usaha yang telah diberikan panitia dan santriwati bernilai kebaikan di sisi Allah. Beliau harap kegiatan berjalan dengan sebaik-baiknya sesuai yang direncanakan. “Terima kasih atas dedikasi yang telah di berikan untuk terlaksananya kegiatan malam ini,” pungkas beliau.
Direktur Umum PPTQ Qoryatul Qur’an Ustaz Setyadi Prihatno, S.Sos., M.P.I berkenan menyampaikan nasihat. “Jangan pernah meremehkan kebaikan, sekecil apapun itu,” kata beliau. Terutama beliau tekankan tentang adab sehari-hari meski dalam hal sepele dan dianggap kecil.
Penerapan adab harus terus di ulang-ulang, dibiasakan dan diperhatikan karena bisa menyebabkan hal besar. “Mulailah dari yang kecil-kecil itu, dan mulai dari sekarang, jangan ditunda-tunda,” pesan beliau.
Ustaz Setyadi menekankan pentingnya adab sebagai budaya negara dan agama |
Di sisi lain, Ustaz Setyadi juga mengingatkan bahwa keburukan yang kecil pun tidak boleh diabaikan, karena kita tidak tahu kerusakan yang dilakukannya bisa jadi menimbulkan dampak masalah yang besar.
Muhadharah Akbar dimulai dengan sangat meriah. Santriwati menampilkan kreativitas dengan penuh totalitas. Di antaranya adalah tampilan nasyid oleh Shelovita dan Nabila Azkiya dari kelas XI Imtaq, kemudian Taib Aufa dan Azzahra Al Bidayah dari kelas X Tanjiyah.
Penampilan pidato tiga bahasa yakni Arab, Inggris, Jawa oleh Keni Assyifa dari kelas X Tanjiyah, Lathifah Zidni dari kelas XI Imtaq, dan Yumna Sya'baniyah dari kelas X Matiq. Lalu Story Telling oleh Salwa Lutfiyyah dari kelas X Tanjiyah.
Penampilan rebana oleh para santriwati yaitu Anggun, Fathimah Azzahra Putri Purnama, Yumna Marwa, Suci Aulia, Aisyah Yasmin, Shabar Sekar, Reisya Ali, Alifah Azfa, dan Aisyah Arum. Persembahan geguritan oleh Khonsa Tazkiyya dari kelas XI Imtaq.
Ustaz Agus Umar memimpin doa |
Penampilan diseling dengan sesi doa bersama untuk kelancaran acara sekaligus untuk memohon dimudahkan segala urusan, yang dipimpin Ustaz Agus Umar Ar-Rifai, S.Pd.I, dilanjutkan taujih singkat dari Ustaz Susanto selaku sesepuh di Komplek 02 Pucung.
Ustaz Susanto menyampaikan taujih singkat |
Ustaz Susanto mengajak santri menggali lagi adab sebagaimana yang Rasulullah ajarkan, adab yang mungkin tidak sama seperti adab yang berlaku di Jawa. Muslim berhati-hati dengan dirinya, menjaga diri karena takut ada keujuban pada dirinya.
Penampilan santri dilanjutkan dengan orasi berbagai daerah oleh Nadia Safira (Jawa Tengah), Zaskya Elit (Papua Barat), Moza Nibras (NTT), Hanifah Ayu (Sumatera Barat), Rasya Afifah (Maluku Utara), Ikrima Sanina (Sulawesi Utara), Putri Zahra (Jawa Barat), dan Meutia Vanaia (Aceh).
Beberapa santri yang tampil |
Kolaborasi Tarian Daerah ditampilkan oleh Alfiana Rahmana, Ambar Triningsi, Nurjannatin, Ghina Ramizah, Nabila Maisun, Chintya Malihah, Istiqomah, Alifia Aura, Syifa Faizati, Aliyyah Nur Hanifah, Dianendra Syafella, Syabila Rahma, Rona Hurin berasal dari campuran kelas X dan XI.
Penampilan Drama Wayang Orang oleh Desi Rorenza, Novira Dwi, Suci Hani, Dzakiya Nurul, Farida Nuri, Afifah Disti, Angelis Kirram, Azizah Nala, Keisya Zein, Nailah Lana, Rizka Izzati, Yosi Rahmawati, Azzhira Amin, Nafisa Khoirunnisa, Azzahra Putri Arista, Nailh Nuha, Qonita Mughny, Aqila Majida, Syaffa Ayunda, Septi Kusuma, Atifah Zahra.
Setelah itu, santri mendapatkan taujih dari Ustaz Hasyim Makmun Thohar. Beliau menyampaikan bahwa ciri peradaban yang tinggi adalah semakin tingginya bahasa yang dipergunakan. Seperti di Jawa yang memiliki bahasa yang lebih detail. Misalnya, bahasa Jawa dari kata jatuh bisa beragam sesuai konteks: tiba, njlungup, nggeblak, ndlosor, dawah, dan sebagainya.
Beliau mencontohkan bahasa dari negeri lain, yakni bahasa Inggris, di mana mereka menyebut nasi, padi, dan beras dengan satu kata: rice. Padahal di Jawa bisa sangat beragam. Begitu pun dalam bahasa Arab, ada lebih banyak perbendaharaan kata dan bahasanya.
Ketua panitia kegiatan, Moza Nibraz Khosyi, mengaku tidak menyangka dan sangat bersyukur karena event kali ini mendapat respon yang baik. “Kami mengangkat tema Cultural Richness yaitu menayangkan kekayaan budaya Indonesia dengan 9 tampilan dari 61 santriwati,” ungkapnya.
Menurutnya, acara sengaja diselenggarakan pada tanggal 7 November 2024 karena bertepatan dengan Hari Wayang Nasional. “Alhamdulillah senang sekali acara berjalan dengan lancar, meskipun ada beberapa kendala seperti perubahan susunan acara untuk penampilan hadrah dan tari, dan lain-lain,” kisahnya.
Kontributor: Ustazah Salsa Ayu Ceria, Ustazah Hana, Ustazah Hazimah
Masyaallah 🥰😍
BalasHapus