Bagian I: Embrio Itu Bermula dari Pengajian Keluarga Bapak Sukino di Sraten Tegalsari Weru
(Dai senior, perintis PPTQ Qoryatul Qur’an)
Manaqib Qoryatul Qur’an |
Sesuatu yang besar sering kali berawal dari embrio yang kecil. Bisa disebut ini adalah sebuah konsep yang berlaku dalam berbagai aspek kehidupan. Banyak pencapaian besar yang berpengaruh bermula dari langkah sederhana, yang mungkin tampak remeh atau biasa saja pada awalnya.
Dalam sejarah, banyak gerakan besar yang lahir dari obrolan kecil atau kelompok-kelompok kecil yang memiliki visi besar. Perubahan sosial, revolusi, hingga penemuan-penemuan penting kerap bermula dari gagasan sederhana yang kemudian tumbuh dan berkembang seiring waktu.
Dalam dunia pendidikan, lembaga besar seperti pesantren banyak yang dimulai dari sebuah kajian kecil yang istikamah. Proses pertumbuhan dari sesuatu yang kecil, yang semula hanya ide dan wacana, lalu menjadi besar dan bisa membawa dampak besar dan signifikan bagi dunia.
Begitu pula halnya dengan sebuah pesantren yang tumbuh menjadi besar di Weru, Sukoharjo, yang kita kenal dengan nama Qoryatul Qur’an atau biasa disingkat dengan QQ. Semula berasal dari sebuah embrio yang kecil.
Berawal dari sebuah kajian keislaman di rumah Bapak H. Sukino yang beralamat di Dukuh Sraten, Desa Tegalsari, Kecamatan Weru, pada sekitar tahun 2002. Kajian keluarga Bapak Sukino ini diasuh oleh Ustaz Khoirul Umam Al-Basyir, dengan materi kajian yang ringan membahas seputar Tauhid dan tafsir Al-Qur’an.
Kajian di rumah Bapak Sukino awalnya hanya diikuti oleh kaluarga dan tetangga lingkungan. Namun, lambat laun diikuti oleh jamaah dari luar lingkungan, bahkan luar dukuh, seperti Tegalsari, Weru, Pungsari, dan lainnya, turut hadir mengikuti kajian tersebut.
Kajian semakin hari semakin banyak yang hadir hingga rumah Bapak Sukino tidak bisa menampung jamaah. Maka beliau berinisiatif untuk mencari tempat yang bisa menampung jamaah lebih banyak lagi.
Tempat yang kemudian dipilih untuk melanjutkan kajian itu akhirnya jatuh ke masjid kota Kecamatan Weru, yaitu Masjid Jami' Al Falah, di Dukuh Tawangrejo, Desa Ngreco, yang berada di lingkungan Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Weru pada waktu itu.
Masjid Jami' Al Falah adalah masjid kebanggaan masyarakat Weru, yang lokasinya berhadapan dengan Kantor Kepolisian Sektor Weru. Di sanalah kajian dilanjutkan setiap hari Ahad malam Senin secara rutin.
(Bersambung)
Allahu yarham ammii
BalasHapusJAdi tertarik ikut kajian di sini. Masjid memang bukan saja menjadi tempat mencari ilmu, tapi melihat keberadaan masjid saja sering memantik keinginan menuntut ilmu bagi yang peka.
BalasHapusMasya Allah berawal dari sebuah kajian rumahan hingga berlanjut menjadi QQ seperti sekarang, ternyata awalnya dari embrio kajian kecil. Luar biasa sekali. Jadi termotivasi untuk melakukan sesuatu yang kecil, jika konsisten akan menjadi sesuatu yang besar. Barakallahu.
BalasHapusSemoga ilmunya berkah, bermanfaat dan menjadi kebaikan dunia akhirat.
BalasHapus