Para santri kelas 3 (Niha'i) MATQ Qoryatul Qur’an komplek Alasombo mengikuti sharing tentang dunia perkuliahan bersama Ustaz Ikhwan Abdur Rauf, seorang alumni Qoryatul Qur’an yang melanjutkan kuliah di Sekolah Tinggi Ilmu Da’wah (STID) Mohammad Natsir, Bekasi, Jawa Barat.
Tujuan kegiatan ini adalah agar santri paham tentang perkuliahan dan bisa mempersiapkan diri untuk melanjutkan belajar setelah lulus dari PPTQ Qoryatul Qur’an, terutama untuk melanjutkan studi ke STID Mohammad Natsir.
Pertemuan ini dilaksanakan pada hari Selasa, 10 September 2024 bakda Salat Isya, atau tepatnya sekira pukul 20.20 WIB. Menghadirkan Ustaz Ikhwan Abdur Rauf yang berkenan berbagi pengalaman melanjutkan belajar di STID Mohammad Natsir.
Harapan para asatizah, santri bisa lanjut ke Ma’had Aly Qoryatul Qur’an, dan kalaupun tidak, yang penting jangan keluar dari medan dakwah. Di antaranya adalah dengan lanjut studi ke STID Mohammad Natsir yang merupakan kelanjutan dari lembaga pendidikan yang pernah ada di lingkungan Dewan Da'wah Islamiyah Indonesia.
Sharing bersama alumni yang kuliah di STID Mohammad Natsir |
Ustaz Ikhwan Abdur Rauf menyebutkan beberapa alasan memilih melanjutkan ke STID Mohammad Natsir. Di antaranya adalah keinginan kuliah tapi tidak keluar dari medan dakwah. Bertekad kuat dan niat akan tujuan. Berada di lingkungan aman dan sehat.
Ustaz Ikhwan menceritakan bahwa di STID Mohammad Natsir, pada dua tahun awal kita dapat 1,5 juta rupiah dalam bentuk pemenuhan kebutuhan seperti makan, gedung, air, listrik, dan lain sebagainya. Semester 1-4, mahasiswa tinggal di asrama. Semester 5-8 tinggal di masjid sekitar Bekasi.
Program utama di STID adalah pengkaderan Dai Nasional. Di sana, dosen-dosennya adalah para ustaz ternama. Agenda perkuliahan seminggu 3 kali, selain itu bebas. Penggunaan handphone boleh digunakan sepekan/sebulan sekali, sementara motor dan laptop boleh dipakai setiap hari.
Ustaz Ikhwan mengatakan bahwa sebagai seorang dai harus bisa berdiri sendiri jangan mengandalkan mukafaah dari amplop. Bahkan sebisa mungkin kita sebagai dai tidak memerlukan amplop dari kajian atau ceramah kita. Terlebih bisa menggunakan transport pribadi, itu baru namanya dai hebat.
Ustaz kemudian mengingatkan bahwa dalam berdakwah itu akan muncul banyak tantangan. Sangat penting untuk kita ketahui sebagai dai, tentang adanya risiko seorang dai dalam berdakwah sebagaimana dijelaskan dalam salah satu ayat dalam Al-Qur’an.
وَاِذْ يَمْكُرُ بِكَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا لِيُثْبِتُوْكَ اَوْ يَقْتُلُوْكَ اَوْ يُخْرِجُوْكَۗوَيَمْكُرُوْنَ وَيَمْكُرُ اللّٰهُۗوَاللّٰهُ خَيْرُ الْمٰكِرِيْنَ
Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu, atau mengusirmu. Mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik Pembalas tipu daya. (QS. Al-Anfal : 30)
Meski demikian, seorang dai tidak perlu takut dan jangan kemudian terlalu khawatir, harus selalu ingat bahwa Allah bersama orang-orang yang berbuat baik. Dia adalah penolong dan sebaik-baik pelindung.
حَسْبُنَا اللهُ وَنِعْمَ الْوَكِيْلُ نِعْمَ الْمَوْلَى وَنِعْمَ النَّصِيْرُ
Hasbunallah wani mal wakil ni mal maula wani'man nasir.
Cukuplah Allah menjadi penolong kami, dan Allah adalah sebaik-baiknya pelindung.
Kontributor: Ustaz Muhammad Rifai
Posting Komentar untuk "Santri Niha'i MATQ Qoryatul Qur’an Alasombo Sharing Time tentang Perkuliahan di STID Mohammad Natsir bersama Ustaz Ikhwan Abdur Rauf"