Gugurnya Pemimpin Hamas, Kepala Biro Politik Syekh Ismail Haniya, dalam serangan udara di Teheran, Iran, sekitar pukul 02.00, Rabu, 31 Juli 2024, waktu setempat, telah memantik beragam reaksi dunia Islam.
Bukan menyurut langkah perjuangan, justru syahidnya beliau menjadi pembakar ghirah perjuangan pembebasan Palestina. Menunjukkan rasa setia dan dukungan perjuangan pada muslim di sana, PPTQ Qoryatul Qur’an menggelar jalsah wafa.
Santri PPTQ Qoryatul Qur'an tunjukkan dukungan perjuangan Palestina |
Sabtu, 3 Agustus 2024. Sejak Subuh, seluruh santri dari segenap komplek PPTQ Qoryatul Qur’an melakukan longmarch menuju ke komplek Asemlegi Gabeng yang menjadi pusat kegiatan majelis penunaian janji ini.
Sambil menunggu seluruh santri tiba, untuk menggelorakan semangat para santri yang sudah sampai duluan, para asatiz instruktur Tim Leadership Qoryatul Qur’an memimpin pekikan takbir dan yel-yel dukungan kepada Palestina.
Gemuruh yel-yel “Birruh Biddam Nafdika Ya Aqsha” (Dengan jiwa dan darah, kami akan menebusmu wahai Al Aqsa) menggema menggugah semangat, menunjukkan keteguhan dalam membela dan mendukung Palestina serta mengutuk perbuatan Zionis Israel.
Sekira pukul 06.30 WIB seluruhnya telah berkumpul di halaman belakang komplek yang pernah menjadi lokasi khutbah taaruf kedatangan santri baru waktu lalu. Agenda perdana adalah melaksanakan salat ghaib untuk arwah Syekh Ismail Haniya diimami Syekh Muzhaffar Annawati.
Santri melaksanakan salat ghaib untuk Syekh Ismail Haniya |
Setelah pelaksanaan salat ghaib, acara yang juga dihadiri pengurus yayasan dan tamu undangan dari beberapa pesantren mitra dakwah ini pun segera dimulai, dipandu oleh Ustaz Luthfi Zubaidi, Lc., M.H selaku pembawa acara.
Lantunan tilawah Ustaz Syamsani menggema membacakan Surat Al Isra ayat 1-8. Dilanjutkan dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya yang dipimpin para santri MATQ Qoryatul Qur’an peserta paskibra Kecamatan Weru. Kemudian gema lantunan nasyid Palestina Tercinta dipimpin santri MATQ Qoryatul Qur’an.
Santri Qoryatul Qur'an pilihan paskibra Kecamatan Weru |
Pembicara pertama pada kegiatan ini adalah Ustaz dr. Rosyid Ridho yang mendoakan agar Allah catat seluruh yang hadir ini sebagai syuhada pembebas Baitul Maqdis, turut memerdekakan bumi Syam yang dimuliakan Allah dan rasul-Nya.
Dokter Rosyid mengatakan bahwa bulan Agustus adalah peringatan kemerdekaan Indonesia yang diperoleh dengan pengorbanan darah dan air mata para syuhada. Kita semua harus mewarisi darah pejuang dari pahlawan bangsa yang telah berkorban untuk kemerdekaan ini.
Kaum muslimin di Gaza Palestina berdiri berjuang di garis depan menjaga Al Aqsa. Sesungguhnya kitalah yang butuh mereka. Perjuangan ini adalah anugerah bagi mereka. Kita harus terus memberikan dukungan, mendoakan selalu, dan menginfakkan harta untuk perjuangan mereka.
Suasana jalsah wafa Qoryatul Qur'an untuk Palestina |
Beliau mengajak untuk terus menyuarakan kepada muslim lainnya tentang kondisi saudara kita di Palestina. Tak harus menjadi muslim untuk bisa membela Palestina. Kalau ada muslim yang malah sebaliknya, harus kita berikan pemahaman dan luruskan agar mendukung Palestina.
Pembicara kedua adalah Ustaz Ihsan Saifuddin. Menurut beliau, bagi bangsa Indonesia, membela Palestina adalah panggilan hati nurani yang paling dalam, bentuk kepedulian pada bangsa terjajah sebagai realisasi dari amanat pembukaan UUD 1945.
Sebagaimana disebutkan dalam pembukaan UUD 1945 bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan peri-kemanusiaan dan peri-keadilan.
Semua muslim adalah pejuang fisabilillah, sebagaimana disebutkan dalam Surat At-Taubah ayat 111, “Sesungguhnya Allah membeli dari orang-orang mukmin, baik diri mau pun harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang di jalan Allah; sehingga mereka membunuh atau terbunuh, (sebagai) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil, dan Al-Qur'an.”
Acara dijeda sejenak untuk menyanyikan nasyid-nasyid bertemakan perjuangan Palestina yang dipimpin oleh Tim Leadership. Para santri mengibarkan bendera Palestina dan Indonesia, bersama poster-poster berisi dukungan kepada rakyat Palestina dan Baitul Maqdis.
Orasi penggugah semangat juang pembelaan Palestina |
Barulah kemudian lanjut pembicara ketiga, yakni Ustaz Didik Efendi, ST. Beliau meyakinkan bahwa Allah menjanjikan neraka yang akan membakar habis Israel yang telah membantai Palestina. Syuhada yang gugur itulah sesungguhnya yang menang karena Allah masukkan ke surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai.
Kemudian penyampaian dari Abi Jaiman Abdullah. Beliau meyakini bahwa akan muncul generasi terbaik dari Weru yang akan menjadi mujahid pembebas Al Aqsa. Beliau menegaskan, jual beli terbaik adalah dalam perniagaan dengan Allah yang tak akan pernah merugi. Beliau serukan untuk melanjutkan perjuangan para syuhada.
Dari Tim Leadership ada orasi dari Ustaz Syaiful Anwar. Beliau mengaku sempat merinding dan menangis melihat semangat para santri pagi ini. Ternyata setelah Ismail Haniyah meninggal akan hadir mujahid dari Weru, begitu katanya yakin, yang akan berjuang untuk Al Aqsa dan mewujudkan impian kita semua untuk salat di dalamnya.
Ustaz Saiful mengatakan berdirinya seluruh hadirin dalam acara ini juga menghadirkan hati, semangat, dukungan, dan doa terbaik untuk saudara kita di Palestina. Kita satu tubuh, saat yang satu sakit yang lain merasakan. Wafatnya Syekh Ismail Haniyah telah menjadi bahan bakar membangkitkan semangat kita.
Pembicara inti disampaikan oleh Syekh Muzhaffar Annawati dengan didampingi Ustaz Luthfi sebagai penerjemah. Syekh berterima kasih sebesar-besarnya kepada seluruh santri atas semangat pembelaan yang ditunjukkan. Dulu beliau kira bangsa Indonesia baik pada Palestina, ternyata salah, ternyata bukan sekadar baik, tapi juga merindukan Al Aqsa.
Syekh Muzhaffar ceritakan riwayat hidup Syekh Ismail Haniya |
Telah gugur syuhada Ismail Haniya, salah satu pimpinan tertinggi Hamas yang telah memberikan 60 keluarga untuk tebusan bagi pembebasan Palestina. Dan bagi mereka ini adalah nilai murah yang mereka tukar dibanding tingginya nilai bebasnya Al Aqsa.
Selanjutnya Syekh Muzhaffar menceritakan tentang riwayat hidup Syekh Ismail Haniya. Ismail Haniyeh lahir disebuah kamp pengungsian di Al-Shati, Jalur Gaza pada 29 Januari 1962. Selama menjabat, ia dikenal dengan sosok pemimpin Hamas yang dekat dengan pemimpin spiritualnya yaitu Syekh Ahmad Yassin yang dibunuh oleh Israel.
Syekh Ismail Haniya sangat besar perannya dalam perjuangan panjang Palestina. Syahidnya Syekh bukanlah tanda berhenti perlawanan, justru makin mengobarkan semangat. Kita yakin bahwa pertolongan Allah sungguh sangat dekat.
Selanjutnya acara penampilan dari santri MITQ Qoryatul Qur’an menyanyikan lagu Atuna Tufuli, lalu puisi yang ditampilkan oleh santriwati, dan ditutup orasi oleh salah satu mahasantri Mahad Aly yang menggelorakan semangat juang.
Direktur Umum PPTQ Qoryatul Qur’an Ustaz Setyadi Prihatno, S.Sos., M.P.I menyampaikan agar mengikhlaskan aktivitas pagi ini karena Allah semata. Kematian Ismail Haniya sesungguhnya adalah kebahagiaan, maka acara ini diakhiri dengan makan bersama ala Gaza.
Ustaz Setyadi mengajak segenap santri dan asatizah agar ikhlas mengikuti kegiatan ini karena Allah |
Hidup di dunia hanya sekali, semoga Allah pilih kita untuk menjadi generasi terbaik yang turut andil mewujudkan Islam rahmatan lil alamin. Yang Allah ridai, yang meniru generasi Assabiqunal Awwalun.
Demikian pelaksanaan kegiatan jalsah wafa, sebagai tanda setia pada janji pembelaan atas Baitul Maqdis, untuk mengenang syahidnya Syekh Ismail Haniya dan mengokohkan kembali semangat perjuangan pembebasan Baitul Maqdis. Semoga Allah melimpahkan berkah untuk acara ini.
MasyaAllah watabarokallah
BalasHapusSemoga terlahir the next Ismail Haniyah di masa yang akan datang dari Qoryatul Qur'an yang akan menjadi kebanggaan untuk kita semua untuk menjadi pembela Islam di garda paling depan
Syekh Ismail Haniyah telah memberikan contoh nyata dalam laku hidupnya untuk membela Islam dan menjaga Palestina, Al Fatihah untuk beliau
BalasHapusPalestina milik muslim sedunia yakinlah kemenangan...sebait lirik nasyid Izzatul Islam ini yiba-tiba terngiang di benak saya saat membaca artikel ini. Kereen ya anak-anak santri disana memiliki semangat jihad yang tinggi membela palestina.
BalasHapus