Salah satu tanda kenabian adalah diturunkannya mukjizat oleh Allah ﷻ. Nyaris semua Nabi memiliki mukjizat yang luar biasa. Namun, semua mukjizat itu terbatas oleh ruang dan waktu, yang sekarang kita hanya mengetahui dari kisah-kisah yang kita dengar dan baca.
Mukjizat Nabi Muhammad ﷺ memiliki kekhususan kalau dibandingkan dengan mukjizat Nabi-Nabi lainnya. Mukjizat itu adalah Al-Qur’an yang bersifat universal dan abadi yakni berlaku untuk semua umat manusia sampai akhir zaman.
Bisa disebut bahwa Al-Qur’an adalah mukjizat terbesar dari semua mukjizat-mukjizat yang diberikan Allah ﷻ kepada para Nabi sebelumnya dan kepada Nabi Muhammad ﷺ sendiri. Mukjizat yang sampai sekarang masih dapat kita lihat dan rasakan kehebatannya.
Kalau mukjizat para Nabi dan Rasul terdahulu bersifat indrawi, maka Al-Qur’an sebagai mukjizat Nabi Muhammad ﷺ berupa mukjizat ruhiyah yang bersifat rasional dan kekal sepanjang masa, tetap relevan sampai akhir zaman.
Istimewanya lagi, meskipun kitab suci ini menggunakan bahasa Arab, namun begitu banyak kaum muslimin yang kesehariannya berbahasa lain di seluruh penjuru dunia yang mampu menghafalkannya utuh 30 juz.
Termasuk para santri PPTQ Qoryatul Qur’an yang satu per satu menuai hasil dari proses panjang menghafalkan firman Allah dalam mushaf yang menjadi mukjizat Rasulullah Muhammad ﷺ ini. Salah satunya adalah Abdurrahman Shiddiq Sholih.
Abdurrahman Shiddiq Sholih |
Santri yang biasa disapa dengan nama Shiddiq ini adalah santri program Ta'jil kelas X MATQ Qoryatul Qur’an. Sukses menuntaskan hafalan 30 juz setelah berjuang selama kurang-lebih 1 tahun. Subhanallah walhamdulillah wallahu akbar!
Remaja kelahiran Sukoharjo, 24 Agustus 2008 ini menyetorkan hafalan terakhirnya disimak oleh Ustaz Zaky Zayrofi pada hari Kamis, 9 Mei 2024 di komplek Jonggring Saloka di Dukuh Tegalrejo, Karanganyar, Weru.
Abdurrahman Shiddiq Sholih adalah anak pertama dari 3 bersaudara pasangan Bapak Budi Hastomo dan Ibu Ely Yulianti asal Gaden, Jatingarang, Weru, Sukoharjo. Hafalan Qur’an-nya semoga menjadi bentuk bakti pada kedua orang tua.
Shiddiq yang gemar berolahraga sepak bola ini bercita-cita menjadi seorang dai yang berguna bagi keluarga, desa kelahiran, bangsa, dan negara. Semoga Allah ﷻ senantiasa meridai setiap langkah Shiddiq dalam dakwahnya.
Shiddiq meyakini bahwa siapa pun yang bersungguh-sungguh maka ia akan mendapatkan hasil kesungguhannya itu. “Jadi, tetaplah bersungguh-sungguh dalam menghadapi segala hal,” katanya.
Jangan menjadikan hal yang tidak mengenakkan itu sebagai musibah, lanjutnya, akan tetapi jadikan itu sebagai pelajaran bagi kita. “Ambil pelajaran dari hal-hal yang tidak mengenakkan tadi, maka dari itu usaha tidak akan mengkhianati hasil.”
Kiat menghafal yang selama ini Shiddiq lakukan, adalah dengan cara membaca satu muka dengan tartil dan mengulang ulang 2 atau 3 kali. Lalu menyamakan ayat-ayat dengan hafalan mufradat yang telah dikuasai.
“Tetaplah bersemangat dalam menghadapi segala urusan dan anggaplah hari besok itu hari terakhir kita,” pesannya untuk teman-teman yang masih berproses. “Buatlah amal-amal kecil ata planning untuk kita lakukan, sedikit demi sedikit, tanpa harus diketahui oleh orang lain.”
Selamat, ya, Shiddiq, atas pencapaian luar biasa dalam menghafal Qur’an. Semoga Allah ﷻ senantiasa memberkati dan menjadikan hafalan itu sebagai sumber cahaya dan petunjuk dalam hidup. Teruslah berjuang untuk menjaga dan mengamalkan isi kandungan setiap ayatnya.
Kontributor: Ustaz Khoiruddin
Masya Allah Tabarokallah...semoga makin banyak terlahir hafidz-hafidz terbaik dari negeri ini. Pesantren sangat berperan besar dalam melahirkan santri dan ulama-ulama hebat
BalasHapusMasyaallah, saya selalu terharu dengan gerakan-gerakan yang membuat Alquran semakin dekat dengan keseharian hingga lahirlah anak-anak hebat ini.
BalasHapus