Kita tahu, setiap anak terlahir fitrah atau suci. Kalau dalam istilah Islam disebut bahwa kedua orang tuanyalah yang berperan menjadikannya Yahudi, Majusi, atau Nasrani.
Artinya, kita sebagai orang tua adalah yang paling bertanggung jawab pada pendidikan anak. Dan di rumah kita adalah tempat anak pertama kali belajar.
Anak belajar bahkan sejak masih berada dalam kandungan. Janin sudah bisa dididik dengan stimulasi di dalam kandungan. Ini yang kadang kita luput dan terlewat.
Ustazah Zainab Namih ajak pilih lembaga pendidikan anak terbaik |
Menurut penelitian Barat, suara musik klasik yang didengarkan sejak hamil bisa memengaruhi perkembangan kecerdasan bayi sampai tiga bulan pertama kehidupannya.
Kalau pakar Barat menganjurkan stimulan dengan musik klasik, maka para pakar psikologi Islam menganjurkan dengan perbanyak dengarkan tilawah Al-Qur’an dan membacakan kisah-kisah Islami.
Jika masa itu sudah telanjur terlewat, maka kita bisa memanfaatkan masa golden age atau periode emas anak, yaitu pada usia 0-5 tahun. Masa ini, anak berada dalam periode sensitif atau peka, di mana fungsi tubuh perlu dirangsang dan diarahkan.
Periode emas ini merupakan tahap membentuk kepribadian anak. Masa yang tepat untuk menanamkan kebiasaan baik, menanamkan tingkah laku dan sikap pada anak karena mereka adalah peniru yang paling cepat.
Masa di mana penyempurnaan sel-sel otak berkembang pada usia tersebut, dan akan lebih baik jika kita mendekatkan dan mengakrabkannya dengan Al-Qur’an.
Selanjutnya ketika anak masuk usia TK dan SD, maka orang tua mulai sibuk mencari sekolah terbaik sebagai scaffolding pertama untuk anak agar menjadi landasan pendidikannya, terutama penanaman nilai dan prinsip Islam.
Lembaga pendidikan terbaik adalah yang bisa berkoordinasi dengan orang tua untuk bersama-sama mendidik anak. Jadi orang tua tidak lepas tangan begitu saja dan hanya menyerahkan anak pada sekolah.
Ayah ibu tetap harus punya peran dalam mendidik anak. Kitalah yang bertanggung jawab surga dan nerakanya anak. Namun demikian, kita tidak boleh juga intervensi sekolah harus begini begitu.
Koordinasi ini penting karena anak satu dan lainnya, berbeda-beda kecerdasan atau kemampuannya dalam menangkap pelajaran. Orang tua hendaklah membangun komunikasi dengan sekolah.
Di sisi lain, tidak boleh pihak sekolah merasa paling berhak dan berkuasa penuh atas pendidikan anak didik. Orang tua perlu memonitoring untuk memastikan anak terdidik dengan baik.
Lembaga pendidikan terbaik adalah yang tidak melepaskan pendidikan dari Al-Qur’an. Di usia dini di mana daya rekam anak sangat tajam, maka kebersamaan dengan Al-Qur’an akan memberikan ketenangan. Pelajaran apapun hendaklah disisipkan nilai-nilai Al-Qur’an.
Yang tak kalah penting juga, adalah perlunya kontrol orang tua di rumah dalam pendidikan anak. Jangan sampai di sekolah baik tapi di rumah tak terkontrol sama sekali.
Sekolah yang baik itu para pendidiknya mewakafkan diri untuk umat. Tak hanya mengajar tapi juga memberikan teladan kebaikan, karena anak didik membutuhkan itu.
Orang tua harus tahu kemana arah tujuan sekolah membawa anak kita. Bagaimana visi dan misi, serta kurikulum dan goal akhirnya apa ketika lulus dari sekolah tersebut.
Akhirnya, kita harus meniatkan semua lillahi ta'ala, biar ada hasilnya. Tanpa lillah atau dengan lillah pun sama-sama akan lelah. Maka lillah sajalah. Hanya Allah yg sanggup menggaji kita yang 24 jam bekerja mendidik anak.
Sebagai pendidik, jadi pendidik baik yang menghadirkan ruh untuk anak didik. Awali dengan membangun hubungan baik dengan Allah yang menciptakan murid itu.
Hadirkan niat kita dalam mengajar untuk membina generasi muslim. Perlakukan murid seperti memperlakukan anak sendiri. Anak muslim bukan hanya aset bagi orang tua saja tapi adalah aset kaum muslimin.
Berikan hati kita dalam mengajar anak didik. Jadilah pendidik yang selalu mencari cara setiap ada masalah pada murid, bukan pendidik yang mudah mengeluarkan murid yang bermasalah.
Ingatlah ketika anak yang bermasalah dikeluarkan dari lembaga pendidikan kita, maka kita harus khawatir kalau dia akan dididik di tempat lain yang kurang baik. Apa jadinya masa depannya nanti? Dan kita turut andil menutup peluang dia menjadi saleh di sekolah kita.
Pendidik muslim tidak sepantasnya mengedepankan kepentingan yang bersifat pribadi. Tanamkan kuat-kuat dalam diri, bahwa jika anak yang kita anggap nakal berubah jadi saleh, maka akan mendapat amal jariah darinya.
Resume Kajian Parenting dan Pengasuhan di Masjid Widad El Fayez, PPTQ Qoryatul Qur’an komplek Asemlegi Gabeng, 6 November 2023, bersama Ustazah Dr. Zainab Namih, M.Pd, dosen Universitas Indonesia dan Konsultan Psikologi Islam.
Posting Komentar untuk "Ustazah Zainab Namih: Memilih Lembaga Pendidikan Islam Terbaik untuk Anak "