PPTQ Qoryatul Qur’an mendapat kunjungan tamu istimewa, seorang dai yang bergiat dakwah di pedalaman. Beliau adalah Ustaz Hasan Christo, atau bernama asli Christo Tri Kuntoro, nama sejak sebelum mualaf.
Pada hari Kamis, 2 November 2023, bakda Salat Isya, digelar majelis kajian dan silaturahmi dengan Ustaz Hasan Christo di PPTQ Qoryatul Qur’an komplek Pucung. Pertemuan dibuka dengan tilawah merdu dari salah satu mahasantri angkatan 5, yakni Almar'atus Sholihah.
Ustaz Luthfi Zubaidi, Lc., M.H.I. yang memandu acara menyampaikan sekilas profil dari Ustaz Hasan. Ustaz Hasan memiliki 3 istri dan 16 anak (7 di antaranya hafiz Qur’an). Beliau mualaf ketika berusia 18 tahun.
Ustaz Hasan aktif dalam dakwah di pedalaman, seperti di daerah Padang, NTB, dan Papua Barat. Beliau juga perintis Ma'had Aly Al-Ikhwah Pemalang.
Direktur Umum PPTQ Qoryatul Qur’an Ustaz Setyadi Prihatno, S.Sos., M.P.I dalam prakata mengaku telah mengenal Ustaz Hasan sekitar 20 tahun lalu. Menurut penuturan Ustaz Setyadi, dalam berdakwah Ustaz Hasan tidak kenal akan jarak, waktu, maupun lelah. Tak jarang beliau berdakwah antarkota dengan motor.
Beliau menjadi contoh, sejauh apa pun jarak yang akan di tempuh tetap diperjuangkan demi berlangsungnya dakwah. Apalah arti ilmu jika mentalitas tidak ada.
Ustaz Hasan yakin bahwa jika beramal karena Allah, niscaya Allah akan menolong. Tak jarang beliau tetap berdakwah ketika tidak memiliki uang sama sekali. Tapi yakinlah Allah bersama kita dan pasti akan membantu jalan kita.
Majelis bersama Ustaz Hasan |
Tantangan besar dari seorang dai adalah dari rumahnya sendiri, yakni dari anak dan istri. Merekalah elemen dalam yang sangat berpengaruh dalam jalan dakwah tersebut.
Ustaz Hasan banyak berkisah pengalaman berdakwah di pedalaman. Harus siap dengan berbagai tantangan, seperti adanya hewan buas (buaya sepanjang 6 meter), suku-suku yang terbelakang yang belum mengenal menutup aurat tubuhnya dan belum mengenal tentang hakikat kebersihan, minimnya air bersih (airnya hitam), sarana MCK belum ada, dan sebagainya.
Beliau juga menceritakan pengalaman saat peristiwa tragedi pembantaian umat muslim di Maluku. Beliau berangkat ke sana sekitar hari ke-7 tragedi tersebut, posisi mayat menumpuk dengan kondisi membusuk. Kala itu, Ustaz Hasan meninggalkan rumah sekitar 3 bulan.
Istri beliau, bermodal dengan oven yang dimiliki mulai membuat roti dan berjualan dibantu oleh anak-anak yang menjual ke sekolah. Dengan hasil berjualan itulah keluarga yang ditinggal dapat tercukupi kebutuhan hariannya, bahkan bisa memberi kepada orang sekitar.
Begitulah yang diajarkan Ustaz Hasan dan istri kepada anak-anak sejak dini, bahwa ketika memiliki rezeki seberapa pun itu, berbagilah kepada orang lain. Yakinlah bahwa Allah akan mencukupkan kita.
Untuk mendukung program dakwahnya di pedalaman, Ustaz Hasan bahkan juga belajar tentang ilmu kebidanan. Ketika istri lahiran dan posisi ada di daerah minim fasilitas kesehatan, maka beliau sudah siap dengan segala keadaan tersebut.
Kekuatan dakwah itu ada dalam diri dan dengan dikuatkan keluarga. Menjadi seorang istri dari dai bukanlah sesuatu yang mudah. Harus siap dalam segala kondisi yang ada. Beliau terkadang di rumah hanya untuk ganti baju saja kemudian kembali berangkat untuk dakwah.
Semua itu dengan menguatkan konsep cinta karena Allah, sebagai pondasi keluarga. Bahkan dari istri pertama beliaulah yang sejak awal mendorong beliau untuk poligami dan beliaulah yang mencarikan pendampingnya.
Selain dukungan keluarga, silaturahmi kepada orang-orang saleh juga sangat menguatkan semangat dakwah. Termasuk mendatangkan para praktisi dakwah yang dapat memotivasi.
Ustaz Hasan lantas berpesan kepada segenap santri PPTQ Qoryatul Qur’an, bahwa ilmu tidak hanya sekedar ilmu saja, tapi harus diamalkan. Beliau merasa prihatin karena banyak lulusan pesantren mereka berilmu namun tidak ada bekasnya, tidak mengamalkannya.
Ustaz Setyadi menyimpulkan apa yang disampaikan Ustaz Hasan, bahwa Allah akan mudahkan urusan kita, ketika kita berjuang menolong agama-Nya.
Hari ini banyak di antara kita yang pandai bicara namun sangat sedikit darinya yang mampu memberikan contoh. Maka perlu adanya praktik untuk menumbuhkan nilai-nilai Islam.
Kita harus yakin dengan pertolongan Allah diiringi doa, selama ini kita hanya mengandalkan ikhtiar saja dan mengesampingkan doa. Berdoalah, Allah yang lebih tahu mana yang terbaik untuk kita.
Seorang istri, sebagai garis belakang haruslah kokoh kuat. Sungguh, di balik suami yang hebat ada istri yang tangguh di sana. Seorang istri dai harus memperbanyak ilmu karena menjadi penopang dan penyokong dakwah. Suksesnya dakwah adalah dukungan dari keluarga.
“Semoga kelak lahir generasi-generasi penerus yang bisa menegakkan agama Islam,” pungkas Ustaz penuh harapan di masa depan.
Kontributor: Ustazah Imtihana, Ustazah Naila
Posting Komentar untuk "Kajian dan Silaturahmi di PPTQ Qoryatul Qur’an Pucung Bersama Ustaz Hasan Christo Dai Pedalaman"