Satu program khusus terbaru PPTQ Qoryatul Qur’an adalah akselerasi kader ulama dengan nama Ta’jil atau kependekan dari Taqwiyatul Ulum lil Ajyalil Ulama. Berasal dari bahasa Arab yang dapat diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia sebagai “Penguatan Ilmu bagi Para Calon Ulama”.
Program Ta’jil mengacu pada upaya untuk memperkuat pengetahuan dan pendidikan para calon ulama agar mereka dapat memenuhi tugas dan tanggung jawab mereka dengan lebih baik dalam memahami dan menyampaikan ajaran Islam kepada umat.
Acara MOS (Masa Orientasi Santri) Ta’jil dilaksanakan 5-9 September 2023 di area tanah wakaf Alasombo, diikuti 15 santri terpilih dari kelas 10 MA Qoryatul Qur’an yang kemarin telah diboyong dari komplek Kauman ke komplek Jonggring Saloka.
Pada kesempatan itu, Ustaz Muhammad Negus selaku ketua tim leadership Qoryatul Qur’an yang juga pemangku komplek Alasombo, memberikan arahan kepada para santri Ta’jil. Tentang program Ta’jil yang dipersiapkan untuk membentuk kader ulama.
Ustaz Muhammad Negus menjelaskan definisi ulama sebagai pewaris Nabi |
“Definisi dan rujukan tentang apa itu ulama, adalah hadis yang berbunyi Al-ulama warasatul anbiya, yang artinya Ulama adalah pewaris para Nabi, satu kalimat yang sudah mencakup semuanya,” kata Ustaz Negus.
Rasulullah Muhammad ﷺ adalah penutup para Nabi, dan tidak ada lagi Nabi setelahnya. Ulama satu-satunya yang menjadi penerus para Nabi. “Maka beban dan tanggung jawab ulama itu sangat besar karena mengambil alih tugas Nabi di masa kini,” ungkap Ustaz Negus.
Tidak bisa menjadi ulama hanya dengan duduk-duduk membaca di maktabah, atau hanya menghafal Al-Qur’an di ruang ber-AC saja. “Maka di sini kalian dididik kesiapan diri dengan berbagai latihan, karena ulama dalam berjuang perlu pengorbanan pikiran, tenaga, darah dan bahkan nyawa, untuk perjuangan Islam.”
Ustaz Negus lantas mengisahkan tentang perjuangan ulama yakni Imam Nawawi Ad-Dimasyqiy dalam mencari ilmu. Setelah 8 tahun menghafal Al-Qur’an, 2 tahun berikutnya beliau tidak mau membaringkan punggungnya di atas bumi.
Imam Nawawi mengusir nafsu mengantuk beliau dengan cara tersebut. Kalaupun tertidur, maka dalam posisi berdiri atau duduk. Beliau ingin waktunya 24 jam dimanfaatkan untuk menuntut ilmu, mempelajari dan merangkum kitab-kitab.
Begitu hebatnya perjuangan beliau dalam belajar, mengusir nafsu berbaring demi untuk mendapatkan ilmu. Tidak memanjakan diri menggunakan punggung untuk kenikmatan tidur. Allah pun mengaruniakan ilmu yang luas untuk beliau.
Meneruskan warisan Nabi yang tidak ringan, maka mentalitas fisik kita persiapkan. Tak hanya itu, ulama juga dituntut menguasai keilmuan, pemikiran, kekuatan hafalan, dan kejeniusan.
Ustaz Negus berharap agar para santri Ta’jil bisa meneladani Imam Nawawi dalam mempersiapkan diri menjadi ulama. “Levelnya orang awam menghabiskan malam untuk tidur, levelnya calon ulama menghabiskan malam untuk menuntut ilmu,” pungkas beliau.
Kontributor: Ustaz Aldi Ahmad
Posting Komentar untuk "Ustaz Muhammad Negus: Santri Ta’jil Disiapkan Menjadi Kader Ulama sebagai Pewaris Para Nabi"