Sabtu, 19 Agustus 2023. Usai menghadiri sebuah kegiatan di Yogyakarta, rombongan para asatidz PPTQ Qoryatul Qur’an menyempatkan singgah untuk silaturahmi ke kediaman Kang Puji Hartono di Dusun Kersan 05 Tirtonirmolo, Kasihan, Bantul, Yogyakarta.
Kang Puji adalah pengasuh Pesantren Masyarakat Jogja (PMJ) dan Pesantren Masyarakat Merapi-Merbabu (PM3), yang pernah mengisi kajian motivasi untuk para asatidz dan SDM PPTQ Qoryatul Qur’an, pada 28 Juli 2023 di Masjid Widad El Fayez, Komplek Asem Legi, Gabeng.
Rombongan dipimpin Direktur Umum PPTQ Qoryatul Qur’an Ustaz Setyadi Prihatno, S.Sos., M.P.I, ditemani Direktur Operasional Ustaz Hartanto, S.Pd.I, beberapa kepala komplek dan unit yakni Ustaz Luthfi Zubaidi, Lc. MH, Ustaz Nasrudin, Ustaz Agus Umar Ar-Rifai, S.Pd.I, Ustaz Agus Tansyah, S.Pd.I, dan Ustaz Muhammad Negus.
Turut serta juga Wadir Dakwah Ustaz Bambang Wahyudi, SE beserta tim dakwah yakni Ustaz Raihan Afif Ilyasa, S.Pd, Ustaz Shofa Wibi Mahardika, S.Pd, Ustaz Adi Hermawan dan Ustaz Wakhid Syamsudin.
Ada juga Ustaz Joko Purwanto dan Ustaz Jaiman beserta putra beliau, Mas Izzudin Hanif Robbani. Datang mengendarai 2 buah mobil, tiba di kediaman Kang Puji bertepatan dengan waktu Salat Zuhur.
Kunjungan silaturahmi diterima langsung oleh Kang Puji Hartono ditemani salah satu murid yang juga menjadi orang kepercayaan beliau bernama Mas Kurnia. Bertempat di Langgar PMJ yang bangunannya berupa rumah joglo.
Rombongan melaksanakan Salat Zuhur berjemaah diimami tuan rumah, lanjut jamak dengan Asar diimami Ustaz Agus Umar. Setelah salat selesai, dijamu makan siang bersama. Baru kemudian acara dimulai.
Rombongan Qoryatul Qur'an bersilaturahmi ke PMJ Kang Puji |
Ustaz Luthfi Zubaidi memulai pertemuan bertindak sebagai pemandu acara. Beliau mengajak hadirin mengawali dengan basmalah agar menghadirkan keberkahan. Juga meminta maaf atas kunjungan mendadak sehingga harus merepotkan tuan rumah.
Ustaz Setyadi Prihatno kemudian menyampaikan maksud kedatangan. Beliau pernah berjanji jika ke Yogyakarta akan mampir ke PMJ, dan hari ini terpenuhi. Tujuan utama adalah untuk silaturahmi mengeratkan ukhuwah sesama muslim.
Beliau berharap dengan mampir di PMJ ini akan bisa mendapat inspirasi dan ngangsu kaweruh langsung kepada Kang Puji, terutama dalam pengalaman berdakwah di masyarakat akar rumput dan dakwah di media sosial.
Ustaz Setyadi juga menyampaikan bahwa Qoryatul Qur’an pun memiliki pesantren masyarakat yang programnya bersifat pendidikan berupa griya tahfizh dan program sosial dengan kegiatan bermajelis bersama masyarakat.
Beliau berharap barangkali ada konsep-konsep ataupun program di PMJ yang bisa diadopsi dan diterapkan di Qoryatul Qur’an. Dan bagaimana kiranya bisa merawat pesantren masyarakat terutama ke arah pendanaan yang mandiri.
Mas Kurnia yang tahu persis bagaimana perjuangan Kang Puji, lantas menceritakan proses terbentuknya PMJ. Awalnya hanya menggerakkan 10 orang dari berbagai daerah di Yogyakarta pada tahun 2001. Melakukan dakwah sedikit demi sedikit dengan turut mewarnai masyarakat yang majemuk. Puncaknya pada 9 Mei 2004 terbentuk pesantren masyarakat dengan nama PMJ.
Mas Kurnia kisahkan sejarah berdirinya PMJ |
Alasan memilih masyarakat sebagai ladang dakwah karena melihat realita bahwa pesantren yang sudah ada hanya fokus mengurus santri. Maka di sinilah upaya membangun masyarakat dengan konsep madani, agar menurunkan berkah dalam kehidupan sosial masyarakat.
Konsep pesantren masyarakat dengan mendekati masyarakat yang majemuk menyesuaikan kondisi kemasyarakatan masing-masing. Berlanjut sampai terjadinya erupsi merapi yang akhirnya terbentuklah Pesantren Masyarakat Merapi-Merbabu (PM3).
Kang Puji yang sering berbaur dengan masyarakat merasa perlu merintis pesantren masyarakat. Salah satu yang menjadi keprihatinan beliau di antaranya, menjumpai fenomena laskar parpol Islam yang meneriakkan takbir tapi tidak salat.
Banyak cerita unik dialami Kang Puji selama merintis pesantren masyarakat, yang terkadang tidak masuk logika dan akal sehat. Di awal pendirian PMJ, berulang kali plang yang dipasang hilang terus. Hingga pada suatu ketika beliau memasang lagi sambil berseru, kalau sampai ada yang berani mencopot plang PMJ akan patah kakinya.
Meski beliau asal bicara saja karena merasa kesal dengan ulah orang tak bertanggung jawab itu, ternyata 7 hari kemudian ada seorang perempuan datang membawa kabar bahwa suaminya kecelakaan dan patah kaki.
Perempuan itu berkata bahwa suaminya kualat pada Kang Puji karena dialah yang mencopot plang PMJ selama ini. Meski tak merasa bersalah, namun beliau terpaksa membiayai pengobatan orang yang 'terkena sumpah' beliau.
Ada lagi cerita tentang 4 orang yang belajar ilmu kejawen mencoba berulah. Di belakang rumah Kang Puji ada mesin air dan mau mereka ambil. Sampai di lokasi mereka duduk jongkok dan tidak bisa bergerak. Kang Puji diminta melepaskan mereka, padahal tidak tahu apa-apa.
Hingga pagi harinya, ada yang datang membawa dukun dan menyalakan dupa hingga entah apa yang dilakukannya akhirnya bisa melepas keempat orang yang mendadak tak bisa gerak itu.
Banyak juga warga yang minta diobati Kang Puji padahal ia bukan dukun atau pun ahli obat. Ketika itu ada orang jatuh dari wuwungan rumah dan minta diobati pinggangnya. Kang Puji mengusulkannya berobat tapi tidak mau dan memaksa agar diobati beliau.
Saat itu, Kang Puji menyuruhnya tengkurap, lantas bertakbir 7 kali, takbir terakhir diinjaknya pinggang yang sakit itu dan mendadak sembuh seketika. Kang Puji yang asal-asalan saja turut kaget dengan peristiwa itu. Orang sekitar pun menganggapnya sakti.
Setelah itu, orang sakit banyak yang datang ke beliau. Kang Puji pun melakukan pengobatan dengan rukyah semampunya. Menurut beliau, dalam merukyah yakin saja, sembuh tak sembuh bukan urusannya, jadi jangan sampai terbebani.
Ibrah dari segala peristiwa itu dijadikan Kang Puji sebagai pintu memasuki kehidupan masyarakat, pintu masuk kepada orang-orang susah. Rukyah mereka agar tidak pergi ke dukun, kata beliau.
Kang Puji juga berbagi kiat agar bisa memasyarakatkan Al-Qur’an di tengah masyarakat. Salah satunya dengan memberi tantangan menghafal surat-surat pendek ke masyarakat dengan iming-iming hadiah uang jutaan. Ternyata banyak yang ikut menghafal dalam waktu sekian bulan. Mereka yang akhirnya jadi santri pesantren masyarakat.
Bisa juga dengan melakukan kaosisasi dengan tema islami. Beri kaos gratis ke masyarakat yang bertulis motivasi baca Al-Qur’an atau salat berjemaah ke masjid. Itu akan memberi efek yang luar biasa bagi masyarakat awam.
Dakwah ala Kang Puji ini memang menyasar ke warga yang belum salat dan tak kenal kajian islami. Jadi bagi yang sudah mengaji di kelompok-kelompok kajian tak masuk perhitungan beliau.
Dalam menyemangati masyarakat, Kang Puji seringkali mengatakan bahwa orang Islam wajib menghafal Al-Qur’an, tapi tidak wajib hafal 30 juz. Hafal 30 juz itu istimewa, kita tak akan bisa karena kita terlalu banyak dosa.
Kang Puji selalu menggunakan cara unik dalam dakwah di masyarakat. Salah satu gagasan beliau adalah Zikir Sosial dengan mengumpulkan semua kelompok masyarakat. Menggunakan doa berbahasa Indonesia yang dipahami masyarakat.
Kang Puji biasa memulai dengan mengundang masyarakat agar ikut kajian lanjut makan malam. Lalu menyarankan mengajak keluarga yang belum salat atau anak-anak mereka yang nakal.
Dalam pertemuan nantinya, Kang Puji memimpin doa yang salah satu doanya meminta agar Allah jangan dulu mencabut nyawa keluarga yang belum salat. Kalau ada yang merasa tersindir, mulailah mengajak untuk salat agar tidak mati sebagai orang yang meninggalkan salat.
Banyak sekali pengalaman yang dibagikan Kang Puji. Konsep sedekah beliau terapkan membersamai dakwah dengan luwes. Melakukan dakwah harus dengan hati agar bisa diterima dengan baik oleh masyarakat.
Sayangnya, bertamu ke Kang Puji kali ini tidak bisa bebas berlama-lama karena setelah Asar beliau ada agenda lain. Semoga silaturahmi ini memberikan banyak inspirasi bagi dakwah Islam yang dilakukan di Qoryatul Qur’an. Seperti tagline PMJ: Ojo leren dadi wong apik, jangan berhenti menjadi orang baik. Semoga bermanfaat.
Posting Komentar untuk "Para Asatidz Qoryatul Qur’an Silaturahmi ke Kediaman Kang Puji Hartono di Pesantren Masyarakat Jogja"