Kepekaan, berasal dari kata peka. Peka, menurut KBBI, berarti mudah merasa atau mudah terangsang. Mudah tergerak dan sensitif dalam perasaan. Tergerak hatinya, tergerak badannya, tergerak tangan dan kakinya.
Jadi, kepekaan itu adalah sifat yang keluar dari dalam diri seseorang secara otomatis, setelah melihat, mendengarkan, dan merasakan. Tidak mungkin kepekaan itu hadir tanpa diawali dengan proses melihat, mendengar, dan merasakan.
وَا للّٰهُ اَخْرَجَكُمْ مِّنْۢ بُطُوْنِ اُمَّهٰتِكُمْ لَا تَعْلَمُوْنَ شَيْــئًا ۙ وَّ جَعَلَ لَـكُمُ السَّمْعَ وَا لْاَ بْصٰرَ وَا لْاَ فْئِدَةَ ۙ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberimu pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, agar kamu bersyukur.” (QS. An-Nahl 16: Ayat 78)
Bayi lahir sudah ada perangkat berupa telinga, mata, dan hati. Allah kemudian menyempurnakan fungsinya untuk melihat, mendengarkan, dan merasakan. Dengan ketiga perangkat itulah kita akan menjadi orang yang berpengetahuan.
Ustaz Khoirul Umam mengajak kita lebih peka dan peduli |
Setelah perangkat itu berfungsi maka akan menghadirkan kepekaan. Melalui pendidikan seharusnya kita bisa mengasah ketiga fungsi itu agar bisa memunculkan kepekaan yang luar biasa.
Salah satu faktor utama kepekaan itu muncul secara otomatis adalah iman, tauhid, dan Al-Qur’an. Ketika Aisyah RA ditanya oleh para sahabat bagaimana akhlak Rasulullah ﷺ maka beliau mengatakan akhlak Rasulullah ﷺ itu adalah Al-Qur’an. Di antara akhlak Al-Qur’an yang ada dalam diri Rasulullah ﷺ adalah kepekaan.
Kita sebagai manusia semestinya memiliki kepekaan setelah melihat, mendengar, dan merasakan. Kepekaan seseorang itu menyesuaikan dengan tingkat pendidikan, ilmu, lingkungan, dan pergaulannya. Kalau orang tidak pernah bergaul, maka kepekaannya kurang.
Manusia yang paling peka adalah Rasulullah ﷺ karena beliau dididik langsung oleh Allah ﷻ menjadi pribadi perasa, menjadi pribadi yang peka.
Ciri orang yang punya kepekaan adalah memiliki kepedulian yang tinggi (care), cepat dalam menangkap bagaimana perasaan orang lain (sensitif), ringan dalam memberi bantuan, dan ikut memikirkan problem orang lain dan mencari jalan keluarnya.
Orang yang memiliki kepekaan yang tinggi akan punya kemampuan memahami bahasa tubuh orang lain. Dari gerak-gerik orang lain bisa menyimpulkan bagaimana perasaan hatinya.
Kepekaan yang sempurna hanya ada pada akhlak Rasulullah ﷺ, yang kemudian dicontoh para sahabat beliau. Kemudian kita belajar kepekaan itu. Kita juga harus mengajarkan kepekaan pada generasi penerus kita, terutama melalui pendidikan.
Resume kajian Ahad pagi pada tanggal 13 Agustus 2023, di Masjid Widad El Fayez, PPTQ Qoryatul Qur’an komplek Asem Legi, yang disampaikan oleh Ustaz Khoirul Umam dari Tawangsari.
Posting Komentar untuk "Ustaz Khoirul Umam: Meningkatkan Kepedulian dengan Kepekaan yang Tinggi seperti Akhlak Nabi"