Perlu kita ketahui, miskin itu ujian, tapi kaya adalah ujian yang lebih berat. Miskin adalah ujian kesabaran, sedangkan kaya adalah ujian kedermawanan dan kesyukuran. Ada lagi, kekuasaan juga merupakan ujian, yakni ujian keadilan.
Apakah kita semua ingin kaya? Minimal hidup cukup dengan penghasilan dan pengeluaran berimbang. Bersyukur ketika ada yang ditabung. Kalau terpaksa berutang, tetap dalam batas aman tak terlalu membebani. Kalau punya utang, tidak terus bertambah tapi bisa dilunasi sedikit demi sedikit.
Apakah dunia kita sudah selesai? Sudah punya pekerjaan layak, penghasilan cukup, punya rumah dan isinya, punya kendaraan, memiliki passive income (tanah, properti, warisan), punya cash on hand (tabungan, emas), punya dana pensiun untuk hari tua, dan lainnya.
Ustaz Dani Chandra ajak berhemat tapi bukan pelit |
Sekarang kita akan belajar mengelola keuangan dengan menerapkan metode saving. Saving bukan berarti menabung tapi menghemat. Menabung tak akan membuat kita cepat kaya. Kita sering diajari bahwa menabung pangkal kaya, tapi itu tak benar. Pengin kaya itu bukan dengan menabung tapi dengan berdagang, berinvestasi, dan memutar uang.
Coba bayangkan misalnya kita punya 200 juta di tabungan maka akan kena inflasi dan kena zakat mal 2,5 %. Tapi jika 200 juta diputar dalam bisnis lalu ada untung 20 juta, maka kena zakat cuma dari 20 juta itu saja. Ternyata Islam menghargai uang yang berputar.
Mindset saving kita harus tertanam bahwa hemat itu pangkal kaya. Tanamkan pikiran bahwa hemat adalah sebuah pekerjaan. Di mana di situ harus ada perencanaan, pengelolaan, perhitungan, dan evaluasi. Dan perlu ditanamkan bahwa hemat itu bukan pelit.
Walaupun hari ini kita miskin, kita tetap harus punya mental kaya. Biar nanti kalau benar-benar kaya maka tidak kaget. Dan kebanyakan mental orang kaya itu adalah sederhana dan hemat. Mereka suka memutar uang baik dagang dan investasi aman.
Mindset orang kaya adalah berpikir bagaimana punya aset dan menambah aset baik bergerak atau tak bergerak. Orang kaya tak mementingkan fashion tapi fungsi. Tak mementingkan gaya tapi skill. Tidak suka utang, fokus agar bisnis tetap jalan meski keuntungan sedikit.
Saving bisa diterapkan pada alat transportasi dengan perencanaan dibutuhkan untuk apa, bisa dipakai jangka panjang. Bisa berfungsi untuk jualan, touring, jalan bersama keluarga, bahkan sekadar pengaritan. Terapkan yang efisien saja agar tak terjadi pemborosan tak berguna di situ.
Saving dalam rumah tangga bisa diterapkan dengan menyelesaikan dulu pembayaran wajib berupa tagihan-tagihan. Ambil 10% untuk disimpan, infak, dana kesehatan, kondangan, iuran kurban, dan sebagainya. Lalu bayar kewajiban lain seperti bayar sekolah dan uang saku anak. Letakkan konsumsi di akhir anggaran.
Tips yang bisa diterapkan dalam rumah tangga adalah dengan memakai air dan listrik secukupnya, matikan jika tak terpakai. Masak secukupnya jangan sampai mubazir. Jangan sering makan di luar. Menanam sayur dan buah di pekarangan rumah. Beli peralatan rumah tangga yang awet kualitasnya.
Jauhi mindset boros yakni pengin apa-apa yang mudah, tinggal beli tinggal pesan misalnya. Mementingkan gaya dan penampilan bukan fungsi dan skill. Mindset boros itu tak punya perencanaan keuangan. Abai dengan hal dasar dan abai dengan kerusakan ringan.
Metode saving untuk efektivitas dan efisiensi ini bisa diterapkan pada diri sendiri bagi yang belum menikah, pada rumah tangga bagi yang sudah berkeluarga, dan pada lembaga baik itu perusahaan atau pondok pesantren.
Disampaikan Ustaz Dani Chandra (Yusuf), pendiri Ma’had Aly Baitul Qur’an Wonogiri, pada acara Penataran SDM Pengelola dan Pengajar PPTQ Qoryatul Qur’an, 22 Juli 2023 di Masjid Widad El Fayez, Komplek Asem Legi, Gabeng.
Posting Komentar untuk "Ustaz Dani Chandra (Yusuf): Penerapan Saving untuk Pribadi, Rumah Tangga dan Lembaga Pesantren"