Pengertian iman adalah kepercayaan yang meresap ke dalam hati, dengan penuh keyakinan, tidak bercampur syak dan ragu, serta memberi pengaruh bagi pandangan hidup, tingkah laku dan perbuatan sehari- hari.
اَحَسِبَ النَّا سُ اَنْ يُّتْرَكُوْۤا اَنْ يَّقُوْلُوْۤا اٰمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَـنُوْنَ
“Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, “Kami telah beriman” dan mereka tidak diuji?” (QS. Al-Ankabut 29: Ayat 2)
Ayat di atas mengatakan bahwa Allah akan menguji setiap kita yang mengaku beriman. Iman bukan hanya berhenti di ucapan atau pengakuan, akan ada berbagai bentuk cobaan yang Allah berikan untuk mengujinya.
وَلَقَدْ فَتَـنَّا الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَـعْلَمَنَّ اللّٰهُ الَّذِيْنَ صَدَقُوْا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكٰذِبِيْنَ
“Dan sungguh, Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka Allah pasti mengetahui orang-orang yang benar dan pasti mengetahui orang-orang yang dusta.” (QS. Al-Ankabut 29: Ayat 3)
Tujuan Allah menguji keimanan seseorang adalah untuk mengetahui kadarnya. Apakah imannya benar ataukah hanya sebuah kedustaan belaka. Semakin besar keimanan maka semakin besar ujian yang akan Allah berikan.
Ustaz Ibad Sutono ingatkan bahwa keimanan kita pasti diuji oleh Allah |
Ujian terberat bagi manusia diberikan kepada para Nabi, lalu orang-orang saleh, baru kemudian tingkat-tingkat di bawahnya. Untuk mengetahui betapa berat ujian Allah pada para Nabi, hendaklah kita membaca sejarahnya.
كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ الْمَوْتِ ۗ وَنَبْلُوْكُمْ بِا لشَّرِّ وَا لْخَيْرِ فِتْنَةً ۗ وَاِ لَيْنَا تُرْجَعُوْنَ
“Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. Dan kamu akan dikembalikan hanya kepada Kami.” (QS. Al-Anbiya 21: Ayat 35)
Dari ayat di atas dijelaskan bahwa manusia akan diuji dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. Keburukan adalah hal-hal yang tidak menyenangkan seperti adanya rasa was-was, ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan.
وَلَـنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَـوْفِ وَا لْجُـوْعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْاَ مْوَا لِ وَا لْاَ نْفُسِ وَا لثَّمَرٰتِ ۗ وَبَشِّرِ الصّٰبِرِيْنَ
“Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 155)
Menghadapinya hendaklah kita sebagai orang beriman harus bersabar. Kalau kita jeli menganalisa ayat Al-Qur’an maka sesungguhnya sudah ada solusi dari rasa was-was yang mengganggu hati kita. Yakni dengan mengingat Allah.
اَلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوْبُهُمْ بِذِكْرِ اللّٰهِ ۗ اَ لَا بِذِكْرِ اللّٰهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوْبُ
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra'd 13: Ayat 28)
Padahal, ujian yang kita hadapi tidak seberat ujian bagi para Nabi dan orang saleh terdahulu. Mereka ditimpa kemelaratan, penderitaan, dan digoncang beragam coba termasuk gangguan orang kafir.
اَمْ حَسِبْتُمْ اَنْ تَدْخُلُوا الْجَـنَّةَ وَ لَمَّا يَأْتِكُمْ مَّثَلُ الَّذِيْنَ خَلَوْا مِنْ قَبْلِكُمْ ۗ مَسَّتْهُمُ الْبَأْسَآءُ وَا لضَّرَّآءُ وَزُلْزِلُوْا حَتّٰى يَقُوْلَ الرَّسُوْلُ وَا لَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مَعَهٗ مَتٰى نَصْرُ اللّٰهِ ۗ اَ لَاۤ اِنَّ نَصْرَ اللّٰهِ قَرِيْبٌ
“Ataukah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) seperti (yang dialami) orang-orang terdahulu sebelum kamu. Mereka ditimpa kemelaratan, penderitaan, dan diguncang (dengan berbagai cobaan), sehingga rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya berkata, “Kapankah datang pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat.” (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 214)
Ambil contoh ujian berat bagi keimanan Nabi Ibrahim AS. Sejak kecil hidup di tengah penyembah berhala dari pejabat sampai rakyat. Fenomenalnya ketika ia memenggal kepala patung-patung sesembahan itu dan menyisakan satu terbesar dan mengatakan bahwa pelakunya adalah patung besar itu.
Perdebatan antara Nabi Ibrahim AS dengan Raja Namrud tentang ketuhanan, mengakibatkan putusan hukuman bakar hidup-hidup baginya. Meski pada akhirnya, Allah mendinginkan api yang membakar itu. Ini sebenarnya adalah berkat kesempurnaan keimanan Ibrahim.
Masih tentang ujian Nabi Ibrahim AS, betapa beratnya ketika Allah memerintahkannya menyembelih anak kesayangan yakni Ismail AS. Betapa patuhnya Ibrahim AS berlandaskan keimanan pada Allah, sehingga perintah itu dilaksanakan tanpa banyak bicara. Meski akhirnya Allah menggantikan dengan domba besar, yang hingga kini kita peringati dengan perayaan kurban.
Demikianlah, keimanan akan diuji dengan berbagai macam keburukan yang tidak menyenangkan. Dengan mengingat Allah maka kita akan bisa menghadapinya dengan segudang kesabaran dalam ketaatan.
Resume kajian Ahad Pagi di Masjid Widad El Fayez, Komplek Asem Legi, Gabeng, pada 16 Juli 2023 disampaikan oleh Ustaz Ibad Sutono dari Sukoharjo.
Posting Komentar untuk "Ustaz Ibad Sutono: Keimanan akan Diuji dengan Keburukan yang Tak Menyenangkan"